Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Mikroplastik dalam Botol Kemasan Tak Berbahaya untuk Kesehatan

Kompas.com - 22/08/2019, 20:08 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Dalam laporan pertamanya tentang isu ini, WHO menemukan bahwa partikel plastik yang besar dan kebanyakan yang kecil, hanya singgah di dalam tubuh tanpa diserap.

Namun organisasi itu mengatakan temuan ini didasari "informasi terbatas" seraya menyerukan penelitian lebih lanjut tentang isu ini.

"Kita perlu tahu lebih banyak secepatnya," kata badan PBB itu.

Baca juga: Ancaman Makin Nyata, Mikroplastik Telah Mencemari Kutub Utara

Apa kata laporan itu?

Mikroplastik didefinisikan sebagai potongan kecil (ukuran kurang dari 5mm) pada segala macam sampah plastik, ditemukan di sungai, danau, sumber air minum, dan air minum kemasan.

Dalam laporan pertama tentang isu ini, WHO mengatakan mikroplastik tampaknya tidak merupakan bahaya bagi kesehatan pada levelnya yang sekarang. Namun masih pelu lebih banyak penelitian mengenai ini.

Penelitian yang layak tentang plastik di air baru dimulai dalam beberapa tahun terakhir, jadi bukti yang tersedia sejauh ini, WHO mengakui, terbatas.

Lebih dari itu, penelitian yang dilakukan belum terstandardisasi, dengan para peneliti menggunakan saringan yang berbeda-beda untuk menghitung jumlah partikel plastik yang terkandung dalam berbagai sumber air.

"Untuk mengatakan satu sumber air mengandung 1000 mikropartikel per liter, dan sumber lainnya hanya mengandung satu, bisa tergantung pada ukuran filter yang digunakan," Dr. Bruce Gordon dari WHO menjelaskan.

"Kita ada pada titik di mana metode studi yang digunakan agak lemah."

Meski demikian Dr. Gordon mengatakan bahwa riset yang tersedia bisa "cukup menenangkan" bagi konsumen. WHO mengatakan bukti menunjukkan bahwa semua partikel plastik yang besar, dan kebanyakan yang lebih kecil, hanya singgah di dalam tubuh tanpa diserap sama sekali.

Apa yang harus dilakukan?

Pengolahan air limbah yang layak, meliputi penyaringan konten feses dan zat kimia, harus, juga menyaring lebih dari 90 persen mikroplastik.

Karena itulah rekomendasi WHO menyusul laporan ini tidak menyertakan pengecekan rutin mikroplastik di air. Alih-alih, WHO ingin penyuplai dan regulator air minum berkonsentrasi pada "bahaya yang sudah dikenali".

"Dua miliar orang minum air yang terkontaminasi feses," kata Dr. Gordon.

"Dan itu menyebabkan satu juta kematian setiap tahun. Itu harus menjadi fokus."

Bagaimanapun, WHO memandang polusi plastik sebagai masalah yang mendesak. Badan PBB itu menyarankan masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sebisa mungkin, dan memperbaiki program daur ulang.

Seberapa terbataskah risetnya?

Pesan utama dari laporan awal ini ialah betapa banyak yang tidak kita ketahui tentang konsekuensi polusi plastik.

Beberapa studi menunjukkan bahwa air dalam kemasan botol mengandung lebih banyak mikroplastik daripada air keran, tapi tidak jelas mengapa demikian. Itu bisa jadi disebabkan sumber air yang terkontaminasi, tapi bisa juga karena polimer plastik yang digunakan untuk membuat botol dan tutup botol.

Dan walaupun bukti yang ada menunjukkan bahwa bahaya kesehatan dari menelan mikroplastik, dan zat-zat kimia yang dikaitkan dengannya, sangat kecil, masih ditemukan cukup banyak celah data dalam penelitian sejauh ini, yang perlu diperbaiki dalam penelitian di masa depan, menurut kopenulis laporan tersebut Jennifer de France.

"Kita perlu tahu jumlah partikel yang telah dideteksi, ukuran partikel-partikel ini, bentuknya, serta komposisi kimiawinya," ujarnya.

Baca juga: Studi Tunjukkan Manusia Makan 120.000 Mikroplastik Tiap Tahun

Jadi laporan tentang konsekuensi mikroplastik bagi kesehatan ini kemungkinan baru yang pertama dari banyak laporan yang bakal diterbitkan di masa depan. Karena mikroplastik tidak hanya terkandung di air, tapi juga di udara, dan makanan.

Dalam beberapa tahun ke depan, WHO ingin melihat laporan yang membahas arti "paparan total di lingkungan" ini bagi kesehatan manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com