Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Makin Nyata, Mikroplastik Telah Mencemari Kutub Utara

Kompas.com - 19/08/2019, 18:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Partikel plastik berukuran mikroskopis berjatuhan dari langit bersama salju di Kutub Utara, menurut studi terbaru.

Para ilmuwan terkejut dengan jumlah partikel yang mereka temukan. Ada lebih dari 10.000 partikel mikroplastik per liter di Arktik.

Ini berarti bahkan di wilayah itu, orang bisa menghirup mikroplastik dari udara, meskipun implikasi kesehatannya masih belum jelas.

Kutub Utara kerap dipandang sebagai salah satu lingkungan alami terakhir di dunia.

Sebuah tim yang terdiri dari peneliti asal Jerman dan Swiss menerbitkan temuan tersebut di jurnal Science Advances. Para peneliti juga menemukan partikel karet dan serat di salju.

Baca juga: Studi Tunjukkan Manusia Makan 120.000 Mikroplastik Tiap Tahun

Bagaimana para peneliti melakukan studi?

Para peneliti mengumpulkan sampel salju dari pulau Svalbard dengan metode berteknologi rendah, yakni dengan  sendok teh dan botol.

Dalam laboratorium di Institut Alfred Wegener di Bremerhaven, Jerman, mereka menemukan jauh lebih banyak partikel pencemar daripada yang mereka duga.

Banyak partikel itu yang ukurannya begitu kecil sehingga sulit untuk memastikan asal mereka.

Mayoritasnya terdiri dari bahan-bahan alami seperti selulosa tumbuhan dan rambut binatang. Tapi ada juga partikel plastik, bersama dengan serpihan ban karet, pernis, cat dan mungkin serat sintetis.

"Kami sudah mengira akan menemukan sedikit kontaminasi, tapi kami sangat terkejut ketika menemukan banyak plastik ini," ujar pemimpin tim riset, Dr Melanie Bergmann, kepada BBC News.

"Sudah jelas bahwa kebanyakan mikroplastik dalam salju berasal dari udara," imbuh dia.

Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastik berukuran di bawah 5mm.

Ditanyai tentang kemungkinan dampaknya pada manusia, Dr Bergmann menjelaskan pihaknya belum dapat memastikan apakah mikroplastik ini akan membahayakan kesehatan manusia atau tidak.

"Tetapi kita perlu lebih berhati-hati dalam cara memperlakukan lingkungan kita," ujar dia.

Para ilmuwan juga menganalisis salju dari sejumlah lokasi di Jerman dan Swiss. Sampel yang diambil dari beberapa area di Jerman menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi daripada di Arktik.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau