Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/02/2019, 18:41 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Sebuah penelitian di AS mengungkap kabar buruk dari para mamalia laut. Studi tersebut mengamati tentang "infeksi" mikroplastik pada sistem pencernaan hewan laut yang terdampar di lepas pantai AS.

Kabar buruknya, mereka menemukan materi mikroplastik pada setiap makhluk yang diuji. Hal ini kemudian dilaporkan dalam jurnal Scientific Reports.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari 50 hewan oleh anggota Scottish Marine Animal Stranding Scheme dan the Cetacean Strandings Investigation Programme.

Mereka menermukan, 84 persen plastik pada makhluk-makhluk laut itu adalah serat sintetis dari produk seperti pakaian dan jaring ikan. Sisanya adalah plastik dari kemasan makanan dan minuman.

Baca juga: 5 Cara Kurangi Mikroplastik agar Kasus Paus Wakatobi Tak Terulang Lagi

Untuk diketahui, mikroplastik dalam penelitian ini didefiniskan sebagai fragmen yang berukuran 5 milimeter atau lebih kecil.

Hasil penelitian menemukan, jumlah mikroplastik pada hewan yang mati akibat infeksi lebih banyak dibanding makhluk laut yang mati dengan sebab lain.

Sayangnya, masih belum jelas apakah plastik-plastik itu yang menyebabkan infeksi pada mamalia laut.

"(Studi) ini menyoroti besarnya polusi plastik. Kami berharap menemukan plastik tetapi agar terkejut ketika menemukan serat plastik di setiap hewan dari semua spesies," ungkap Brendan Godley, rofesor ilmu konservasi di University of Exeter dikutip dari Newsweek, Kamis (31/01/2019).

Godley sempat merasa lega karena ukuran plastik tersebut relatif kecil sehingga mudah dikeluarkan dari tubuh hewan-hewan itu.

Namun, masih belum diketahui apa dampak dari mikroplastik tersebut pada tubuh mamalia laut.

"Kami belum tahu efek dari partikel-partikel ini pada mamalia laut. Ukurannya yang kecil berarti mereka bisa dengan mudah dikeluarkan," kata Penelope Lindeque, kepala kelompok penelitian plastik laut di Plymouth Marine Laboratory.

"Tetapi sementara mikroplastik tidak mungkin menjadi ancaman utama bagi spesies ini, kami masih khawatir dengan dampak dari bakterim virus, dan kontaminan yang dibawa pada plastik," imbuhnya.

Godley juga menekankan nantinya penelitian ini akan diperluas dengan menggunakan sampel dari berbagai lokasi geografis.

Baca juga: Ancaman Makin Nyata, Garam dan Ikan Teri Juga Tercemar Mikroplastik

"Saya khususnya prihatin dengan paus yang makan dengan cara menyaring," katanya.

Penelitian sebelumnya juga telah menyoroti bahwa hewan-hewan laut pemakan plankton memiliki risiko besar akibat polusi laut.

Pesan yang disampaikan pada penelitian baru ini adalah plastik telah mencemari lingkungan kita hingga semua satwa liat di laut juga terpengaruh.

Godley menyerukan, langkah pertama mengatasi masalah plastik ini adalah dengan membatasi penggunaannya.

"Tetapi pada waktunya, ada kemungkinan bahwa kita perlu melihat dengan sangat jelas pada semua aspek hubungan kita dengan plastik," kata Godley.

"Berkenaan dengan serat yang ditemukan pada hewan penelitian kita, polimer apa yang kita gunakan dalam pakaian kita dan bagaimana kita mencucinya dan meminimalkan tumpahan lingkungan akan menjadi dua pertanyaan untuk diatasi. Plastik sangat berguna; tapi cara kita saat ini untuk mengelola mereka yang menjadi masalah," imbuhnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com