Para peneliti menduga mikroplastik diterbangkan oleh angin dan kemudian - melalui mekanisme yang tidak sepenuhnya dipahami - terbawa jauh melalui atmosfer.
Partikel-partikel itu kemudian "tersapu" keluar dari atmosfer lewat presipitasi, khususnya salju.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan April oleh tim peneliti dari Inggris dan Perancis menunjukkan bahwa mikroplastik jatuh dari langit ke Pyrenees, Prancis, wilayah lain yang dikira masih alami.
Sebelumnya, kelompok-kelompok penelitian menemukan plastik dalam jatuhan atmosfer di Dongguan, Cina, Teheran di Iran, dan Paris, Prancis.
Adapun asal polusi belum diketahui secara pasti.
Kehadiran begitu banyak partikel pernis di Kutub Utara menjadi teka-teki.
Para peneliti berasumsi bahwa sebagian kontaminasi bisa berasal dari kapal yang bergesekan dengan es. Tapi mereka juga berspekulasi bahwa beberapa mungkin berasal dari turbin angin.
Fragmen serat mungkin berasal dari pakaian, meskipun saat ini belum bisa dipastikan.
"Kita harus bertanya - apakah kita membutuhkan begitu banyak kemasan plastik? Apakah kita membutuhkan semua polimer dalam cat yang kita gunakan? Bisakah kita menghasilkan ban mobil yang dirancang berbeda? Ini masalah penting," jelas Dr Bergmann.
Dr Eldbjørg Sofie Heimstad, dari Institut Penelitian Udara Norwegia, Kjeller, yang tidak terlibat dalam penelitian terbaru ini, mengatakan bahwa sebagian polusi partikel bersifat lokal dan sebagian lagi hanyut dari jauh.
"Kita tahu bahwa sebagian besar dari apa yang kita analisis dan ukur di atas sana adalah polusi yang terbawa dari jauh, dari (Eropa), Asia, dan seluruh dunia," imbuh Heimstad.
"Beberapa bahan kimia ini memiliki sifat yang merupakan ancaman bagi ekosistem, terutama bagi hewan," kata Heimstad.
Baca juga: Ada di Udara, Mikroplastik Menyebar Lewat Angin, Hujan dan Salju
Temuan ini menyusul laporan eksklusif kami tahun lalu bahwa konsentrasi tertinggi partikel plastik di lautan dapat ditemukan di dalam es di laut Kutub Utara.
Sampah plastik juga hanyut sejauh ratusan atau bahkan ribuan kilometer untuk mendarat di pantai Arktik yang terpencil.
Ini kabar menyedihkan bagi mereka yang menganggap Kutub Utara sebagai salah satu lingkungan alami terakhir di Bumi.
Di sebuah pusat kereta luncur anjing dekat Tromsø di Kutub Utara Norwegia, salah seorang staf, Lili, mengatakan bahwa fenomena ini membuat dia sedih.
"Ini membuat saya sangat sedih. Ada plastik di es laut. Ada plastik di lautan dan pantai. Sekarang, plastik di salju," kata Lili.
"Di atas sini kami melihat keindahannya setiap hari, dan melihat keindahan itu begitu berubah dan ternodai — itu menyakitkan," tutup dia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.