KOMPAS.com - Setelah tanaman bajakah yang diklaim dapat menyembuhkan penyakit kanker ramai diperbincangkan khalayak beberapa waktu lalu, di berbagai media sosial banyak orang-orang mengambil celah atas pemberitaan tersebut.
Dengan mudahnya, di berbagai platform sosial media dan televisi, ditemukan penjualan batang yang diklaim merupakan tanaman bajakah.
Harga yang ditawarkan pun beragam, tentunya dalam rentang ratusan ribu.
Kepala Balitbang Kementerian Kesehatan Siswanto menjelaskan, bajakah dalam bahasa dayak mempunyai arti akar-akaran. Sehingga, bajakah bukan nama spesies tanaman.
Siswanto menjelaskan, bajakah secara indigeneous digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk pengobatan secara tradisional.
Tanaman bajakah sendiri ditemukan di hutan Kalimantan Tengah.
Bagian batang pohon ini yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit kanker, di mana batang dikeringkan, ditumbuk, dan direbus.
Siswa SMAN Palangkaraya memang telah melakukan penelitian dengan menguji coba di laboratorium.
Hasilnya, sejumlah zat seperti tannin, flavonoid, dan senyawa fitokimia terkandung pada tanaman bajakah.
Baca selengkapnya: Keampuhan Bajakah Mengobati Kanker Dinilai Masih Terlalu Dini
Pengujian tanaman bajakah dengan media mencit atau tikus telah dilakukan.
Kendati demikian, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof Dr dr Aru Sudoyo menuturkan, klaim tanaman ini dapat menyembuhkan kanker harus dilakukan uji lanjut, bukan hanya sekadar uji coba terhadap tikus.
"Karena uji coba terhadap tikus dan manusia itu berbeda," kata Aru.
Dilansir dari situs resmi Cancer Researches UK, 13 Februari 2019 lalu, terdapat lima fase uji klinis obat untuk penyakit kanker pada manusia.
Uji coba dilakukan ke partisipan dalam skala kecil, sekitar 10-20 orang dengan berbagai tipe kanker.