Baca selengkapnya: Diklaim Ampuh Sembuhkan Kanker, Apa Kandungan Tanaman Bajakah?
Ahli gizi Dr dr Tan Shot Yen, M.Hum menyampaikan, penemuan obat kanker yang diteliti siswa SMA masih sangat memerlukan pembuktian dalam bidang kedokteran.
Menurut Tan, subjek uji coba haruslah homogen dan tak bersumber dari satu sampel percobaan saja atau edivence based.
Evidence based medicine (EBM) merupakan pendekatan medis yang didasarkan pada bukti ilmiah terkini guna kepentingan pelayanan kesehatan penderita.
EBM mengkombinasikan kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti ilmiah yang dapat dipercaya.
Baca selengkapnya: Untuk Jadi Obat Kanker, Bajakah Harus Lewati Evidence Based Medicine
EBM pun memerlukan beberapa tahapan proses, dimulai tahap percobaan pada hewan hingga praktik langsung guna melihat dampak uji coba jangka panjang.
Butuh proses panjang atau lama untuk memastikan secara benar manfaat tanaman ini terhadap pengobatan kanker manusia.
Meski begitu, Prof Dr dr Aru Sudoyo tak menampik khasiat dari tanaman ini dapat menyembuhkan kanker.
Yang perlu digarisbawahi adalah fase yang harus dilalui dan penelitian lanjut harus dilakukan.
Kepala Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu Akhmad Saikhu mengatakan hal yang sama, yakni perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait khasiat tanaman bajakah.
Wakil Direktur Indonesia Medical Education Research Institur (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof DR Dr Budi Wiweko SpOG (K) MPH menuturkan, melanjutkan penelitian awal yang telah dilakukan oleh siswa di Palangkaraya ini memerlukan perantara karena membutuhkan upaya dan dana yang besar.
Technology Transfer Office (TTO) Indonesia Innovation for Health (Innovate) melalui IMERI dapat menjadi salah satu perantara tersebut.
Tanpa uji klinis, suatu produk tak dapat diproduksi secara massal dan disebarkan ke masyarakat umum.
Baca selengkapnya: Penelitian Akar Bajakah Bisa Dilanjutkan Dengan Perantara TTO
Sumber: Kompas.com (Ellyvon Pranita, Gloria Setyvani P, Retia Kartika Dewi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.