KOMPAS.com - Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa ketika berlari, lengan otomatis berayun di depan dada, padahal ketika berjalan tangan bisa lurus sejajar dengan tubuh?
Penelitian terbaru menyelidiki bagaimana posisi lengan mempengaruhi efisiensi energi dengan melakukan pengujian terhadap perpindahan gerakan di treadmill yang dilakukan oleh delapan orang, yaitu empat orang pria dan empat orang wanita.
Perpindahan yang dimaksudkan yakni aktivitas berjalan dan berlari (termasuk aktivitas dengan lengan lurus dan kemudian dengan lengan yang bengkok).
Para ilmuwan menggunakan kamera infrared dan perangkat lunak untuk merekam gambar perpindahan tubuh yang dilakukan peserta, serta membuat ulang konstruksi tubuh dalam model digital 3D.
Baca juga: Sering Jadi Bahan Olok-olok, Apa Fungsi Lengan T-rex yang Mini?
Dua minggu kemudian, peserta mengulang kegiatan ini dengan memakai masker bernapas, sehingga peneliti bisa mengumpulkan data metabolisme yang dapat menunjukkan berapa energi yang digunakan oleh para peserta untuk melakukan masing-masing aktivitas.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa berjalan dengan lengan bengkok atau terayun lebih menguras energi daripada berjalan dengan tangan lurus. Setidaknya, pengeluaran energi mereka meningkat sekitar 11 persen karena dibutuhkan usaha lebih untuk menjaga lengan mereka bengkok, sementara gerakan mereka relatif lambat.
Sementara itu, energi yang dihabiskan para peserta untuk berlari dengan lengan lurus ditemukan sama saja dengan lengan bengkok. Namun, mereka menyatakan bahwa berlari dengan lengan lurus terasa canggung.
Dalam penelitian yang terbit di Journal of Experimental Biology, (9/7/2019), para ahli memang tidak berhasil menemukan alasan yang jelas dari berlari dengan lengan bengkok.
Baca juga: Mengapa Pria Bisa Berlari Lebih Cepat daripada Wanita?
Namun berdasarkan penelitian pada tahun 2014 yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Biology, menahan lengan agar tetap diam ketika berlari menghabiskan lebih banyak energi daripada berlari dengan tangan terayun. Hal itu karena ayunan lengan menstabilkan badan saat berlari.
Untuk menemukan hal ini, para peneliti meminta 13 orang berlari secara normal di treadmil sekaligus diukur kadar oksigen yang dihirup dan karbon dioksida yang dihembuskan.
Para peneliti juga menguji coba berbagai gaya, seperti berlari dengan lengan di belakang, lengan berada di dada dan juga lengan berada di kepala agar tidak berayun.
Ada hubungan antara perpindahan lengan dan gait yang bisa membantu menjelaskan bagaimana bagian lengan manusia berevolusi, dalam penelitian terbaru.
Family manusia yang sudah punah, Australopithecus dan homo habilis, yang hidup jutaan tahun yang lalu, memiliki lengan yang lebih panjang daripada kaki mereka, dan juga daripada lengan manusia modern saat ini, hal itu dikarenakan lengan itu kurang banyak berayun.
"Tetapi, lengan yang lebih pendek lebih menguntungkan pada manusia modern saat ini untuk berlari jarak jauh. "Lengan manusia modern ada pada masa homo erectus, dan sesuai dengan daya tahan evolusi hominin yang penting," kata peneliti seperti dilansir Live Science, Minggu (11/8/2019).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.