Marufin berkata, hujan meteor perseid memiliki banyak perbedaan dengan hujan meteor lain.
Mulai dari jumlah meteor maksimum (Zenith Hourly Rate/ZHR) yang tergolong besar sampai 100 meteor per jam bila langit dalam kondisi sempurna.
"Kemudian sumber hujan meteor perseid juga berbeda dengan hujan meteor lain. Seluruh hujan meteor periodik berasal dari remah-remah komet, tapi hanya Perseids yang punya karakter hujan meteor kuat sementara komet induknya punya periode agak panjang," jelas Marufin.
"Beda lainnya, Perseids berpotensi memproduksi meteor terang atau fireball dalam puncak hujan meteornya," imbuh dia.
Marufin mengatakan, sebenarnya hujan meteor perseid bisa dilihat dari Indonesia.
"Hanya saja situasi langit sedang tak ideal karena (saat puncak meteor Perseid) ada Bulan yang tinggal tiga hari dari purnama," kata Marufin.
Karena puncak meteor perseid adalah H-3 sebelum bulan purnama, maka kondisi langit malam akan terlalu terang dan fenomena langit seperti hujan meteor akan sulit dilihat.
Baca juga: Ini 3200 Phaethon, Asteroid Aneh yang Jadi Induk Hujan Meteor Geminid
Secara teori, rasi Perseus sudah terbit di langit timur sejak pukul 00.00 WIB. Mulai saat itu pula, hujan meteor bisa dilihat.
"Namun karena ada Bulan yang masih sangat terang dan baru terbenam pukul 2.00 WIB, maka dalam praktiknya hujan meteor ini baru bisa dinikmati mulai jam 2.00 WIB dini hari sampai saat subuh," tutup Marufin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.