Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Kanker Paru, Ini 4 Fakta Penyakit Paling Mematikan di Dunia

Kompas.com - 01/08/2019, 15:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mendiang Sutopo Purwo Nugroho harus berjuang melawan kanker paru di akhir masa hidupnya, padahal dia bukanlah perokok.

Perlu disadari, kanker paru merupakan jenis kanker paling mematikan di dunia. Penyakit ini tak hanya menyerang perokok aktif, tapi juga perokok pasif.

Data internasional Globocan 2018 mencatat, kanker paru adalah jenis kanker yang paling banyak diderita manusia seluruh dunia dibanding kanker lain.

Data itu memprediksi, ada sekitar 2,1 juta kasus kanker paru baru dan 1,8 juta kematian akibat kanker yang menyerang saluran pernapasan ini. Dengan kata lain, satu dari lima kematian karena kanker, diakibatkan oleh kanker paru.

Untuk meningkatkan kesadaran manusia akan kanker paru dan dampak global, setiap tanggal 1 Agustus diperingati sebagai Hari Kanker Paru Sedunia.

Hari spesial ini juga bertujuan memberi pemahaman lebih tentang risiko kanker paru, serta pengobatannya. Berikut 4 fakta yang perlu diketahui tentang kanker paru.

Baca juga: Kanker Paru yang Diidap Sutopo Beri Catatan Bagi Perokok Pasif Indonesia

1. Gejala kanker paru

Sebagian pasien kanker paru yang datang ke dokter tidak menyadari bahwa gejala kanker paru sudah ada pada dirinya.

Dilansir dari Reader's Digest, ada sejumlah gejala kanker paru yang bisa ditemukan, seperti batuk darah, nyeri dada, batuk terus-menerus, sesak napas, sangat lelah, asma, sakit di seluruh tubuh.

Batuk darah dan batuk terus-menerus umumnya merupakan gejala awal tanda kanker paru, jika pasien mengalami gejala ini sebaiknya butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya.

Namun, butuh perhatian lebih jika batuk tidak kunjung berhenti dalam waktu yang lama. Adapun batuk ini disebabkan karena adanya kanker di jalan napas yang dapat mengiritasi tenggorokan dan menghasilkan lendir.

Selain itu, gejala kanker paru lainnya adalah terasa nyeri dan sesak pada dada, punggung, hingga bahu.

Gejala sesak napas bisa diindikasi sebagai tumor yang menghalangi tenggorokan. Ini karena ada akumulasi cairan di dada yang mendorong atau menekan paru-paru sehingga pasien mengalami kesulitan bernapas.

Masalah pernapasan lain yang menjadi gejala, yakni adanya asma. Jika pasien didiagnosis asma ketika sudah dewasa atau usia lebih tua, maka segera lakukan skrining untuk mengetahui keberadaan tumor ganas di paru-paru.

Kemudian, menurut American Cancer Society, gejala kanker paru-paru bisa dengan rasa lelah berlebihan ketika melakukan aktivitas seperti biasa. Gejala lain diikuti dengan penurunan berat badan dan hilangnya nafsu makan.

Gejala selanjutnya, yakni pasien akan merasakan sakit di seluruh tubuh, seperti sakit kepala, gangguan keseimbangan, dan mati rasa pada tungkai.

Ketika gejala tersebut terasa, dimungkinkan kanker telah menyebar ke otak atau sumsum tulang belakang.

Baca Juga: 7 Gejala Kanker Paru yang Sering Diabaikan

2. Penyebab kanker paru

Pada umumnya, kanker paru identik dengan perokok aktif atau orang dengan kebiasaan merokok tinggi. Merokok memang meningkatkan risiko adanya kanker paru hingga 85 persen, meski begitu kanker paru bisa dideteksi oleh bukan perokok, seperti perubahan gen EGFR.

Dilansir dari Antara, Dokter spesialis pulmonologi, dr Sita Andarini, PhD, SpP(K) menyampaikan bahwa perokok aktif memiliki potensi 14 kali terjadi kanker paru, sementara untuk perokok pasif sebesar 4 kali terserang kanker paru.

Organisasi kesehatan nirlaba yang didedikasikan untuk mengurangi kanker di AS, American Cancer Society mengungkapkan ada faktor lain penyebab kanker paru, yakni gas Radon, perokok pasif, zat karsinogen, polusi udara, dan mutasi gen.

Gas Radon menjadi salah satu penyebab utama kanker paru. Gas ini secara alami ada di luar ruang dan tidak berbahaya, ada pun konsentrasi gas radon bisa ditemukan pada rumah yang lapisan tanahnya memiliki deposit uranium.

Kemudian, faktor penyebab kanker paru yakni perokok pasif. Asap rokok yang terpapar dan terhirup oleh perokok pasif bisa mengakibatkan kanker paru, bahkan meninggal.

Selain itu, zat karsinogen yang terpapar asbestos dan zat buangan diesel bisa menimbulkan kanker paru, penyebab lain, yakni polusi udara yang kian hari kian memburuk, di mana sumber polusi udara bersumber dari asap kendaraan maupun asap pabrik industri.

Seorang peneliti mengatakan bahwa kanker bisa diakibatkan karena adanya mutasi gen yang berkembang.

Awalnya, pemahaman yang tepat pada mutasi kanker akan membantu para ahli menemukan terapi dan obat untuk penyembuhan kanker.

Baca juga: Tak Merokok, Mengapa Bisa Sakit Kanker Paru?

3. Cara dokter menentukan stadium kanker paru

Dokter spesialis pulmonologi, dr Elisna Syahrudin dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Respiratori Fakultas Kedokteran Universitas Indoensia (UI) mengungkapkan bahwa tingkatan stadium dalam kanker paru merupakan perjalanan suatu penyakit.

Adapun klasifikasi yang paling umum digunakan untuk mengetahui kadar stadium, yakni klasifikasi stadium TNM yang berarti T menunjukkan ukuran tumor, N menunjukkan ketelibatan tumor ke kelanjar getah bening, M menunjukkan penyebaran tumor.

Meski begitu, ada juga perbedaan antara klasifikasi stadium kanker paru dengan sel yang kecil dan yang besar.

Untuk kanker paru dengan sel kecil (SCLC) cenderung menyebar secara dini dan diklasifikasikan dalam tahap stadium dini yang dibatasi pada satu sisi dada dan stadium lanjut yang dapat meyebar di daerah luar dada.

Untuk kanker paru dengan sel besar (NSCLC), disebutkan bahwa jenis kanker ini leih kompleks. Pada jenis ini, kanker paru terdiri dari stadium 1A hingga stadium 4.

Adapun tiap tingkatan stadium menunjukkan seberapa parah dan menyebarnya tumor ke bagian paru-paru atau organ tubuh lainnya.

Baca Juga: Bagaimana Cara Dokter Menentukan Stadium Kanker Paru

4. Pengobatan kanker paru

Ilustrasi paru-paruyodiyim Ilustrasi paru-paru

Perlu diingat bahwa ketika pasien terdiagnosis mengidap kanker paru, hidup tidak serta merta berakhir begitu saja.

Penderita kanker bisa disembuhkan dengan serangkaian pengobatan yang dapat dilakukan, seperti operasi bedah, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, dan terapi yang ditargetkan.

Dr Sita mengungkapkan bahwa tindakan operasi bedah dapat dilakukan dengan syarat kanker masih pada stadium awal, yakni stadium 1, stadium 2, dan stadium 3A.

Sementara, untuk jenis pengobatan kanker paru lainnya, yakni dengan cara radioterapi dan kemoterapi yang hanya menjangkau secara lokal, namun tidak dapat menyembuhkan, melainkan memperpanjang angka ketahanan hidup dan kualitas hidup.

Selanjutnya, pengobatan dengan imunoterapi dilakukan untuk membangun sel imunitas untuk melawan sel kanker.

Menurut dr Sita, sebelum melakukan imunoterapi, pasien menjalani pemeriksaan penanda biologis. Pasien dibiopsi dengan pemeriksaan patologi, sitologi dan sitopatologi. Kemudian, dokter akan melihat ekspresi programmed cell death ligand (PD-L1) yang berfungsi menghindar dari sistem kekebalan tubuh.

Kemudian, pengobatan kanker paru lainnya, yakni dengan targeted therapy di mana setiap pasien akan mendapatkan pengobatan berbeda yang disesuaikan dengan marker molekuler.

Dr Sita menyampaikan bahwa penelitian targeted therapy banyak dilakukan untuk adenokarsinoma, yaitu sel kanker yang muncul pada sel organ yang menghasilkan cairan atau sel glandular, bisa ditemukan di hampir semua organ tubuh.

Adapun pencegahan kanker bisa dilakukan dengan tindakan pengurangan faktor risiko penyebab kanker.

Selain itu, upaya deteksi dini melalui pemeriksaan untuk mendapatkan rujukan foto toraks dan CT-Scan toraks serta konsultasi ke dokter spesialis paru untuk mendapatkan diagnosis dan terapi kanker paru.

Baca juga: Mengenal Macam-macam Pengobatan untuk Kanker Paru

(Sumber: Kompas.com/Dian Maharani, Lusia Kus Anna, Lutfy Mairizal Putra, Gloria Setyvani Putri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com