Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Paru yang Diidap Sutopo Beri Catatan Bagi Perokok Pasif Indonesia

Kompas.com - 08/07/2019, 17:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia, Minggu siang (07/07/2019) di Guangzhou karena mengidap kanker paru-paru, meski ia bukan seorang perokok.

Sutopo berangkat ke China untuk menjalani perawatan kanker paru-paru, yang saat itu sudah mencapai stadium 4B dan menyebar ke tulang dan organ tubuh lainnya.

Kepada ABC Indonesia ia pernah mengatakan "kaget" saat pertama kali tahu dirinya mengidap kanker di bulan Januari 2018 lalu, karena ia mengaku tidak merokok.

"Setelah saya renungkan, saya bisa menerima kanker ini sebagai bagian perjalanan hidup saya. Saya terima ini dengan ikhlas," ujarnya.

Baca juga: 5 Cara Turunkan Risiko Kanker Paru, Penyakit yang Diidap Sutopo

Semasa hidupnya Sutopo mengaku dikelilingi dengan "orang di sekitar yang hampir semuanya merokok", meski ia tidak menyalahkan mereka.

Hanya saja di akun Instagram miliknya, Sutopo pernah mengingatkan betapa bahayanya rokok.

"Perokok pasif saja bisa sakit kanker paru-paru seperti saya. Apalagi yang perokok aktif," tulisnya dengan sebuah video yang diunggahnya.

Desakan untuk kawasan tanpa rokok

Sebuah laporan badan kesehatan PBB, WHO mencatat penyakit terkait produk tembakau menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat yang pernah dihadapi dunia.

Lebih dari 8 juta orang meninggal setiap tahunnya dengan 7 juta diantaranya adalah pengguna langsung produk tembakau, seperti perokok.

Sementara sekitar 1,2 juta orang meninggal setiap tahun di dunia karena mereka adalah perokok pasif, laporan bulan Mei 2019 tersebut menyebutkan.

"Ada 4.000 kandungan kimia dalam asap rokok, yang 250 jenis diantaranya diketahui berbahaya dan 50 lainnya menyebabkan kanker," tulis laporan WHO tersebut.

Menanggapi masalah perokok pasif di Indonesia Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengatakan menyediakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah kebutuhan yang mendesak.

Menurut Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI banyak pekerja pemerintahan, termasuk pejabat, yang diketahui merokok di tempat kerja yang tertutup.

"Ironisnya banyak kantor pemerintah dan pejabatnya yang tidak memberikan contoh," ujar Tulus dalam sebuah pernyataan menanggapi meninggalnya Sutopo.

Tak hanya itu, YLKI juga menganggap merokok di dalam rumah sebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), karena telah dianggap menyebarkan racun mematikan ke seluruh penghuni rumah.

Baca juga: Para Ahli Kenang Sutopo: Teman Diskusi Hingga Inspirasi Perkuliahan

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau