Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Orang Pura-pura Mati di Sampang, Bagaimana Sains Melihat Mati Suri?

Kompas.com - 31/07/2019, 08:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Hingga kini, mereka masih memperdebatkan definisinya karena kematian harus dilihat sebagai sebuah proses, bukan satu kejadian tersendiri. Pasalnya, kematian melibatkan berhentinya berbagai macam mekanisme.

Valentine menjelaskan bahwa ketika jantung berhenti berdetak, jaringan yang disuplai oksigen dan glukose oleh jantung pun terganggu kerjanya. Gangguan kerja jaringan kemudian bisa menyebankan menumpuknya kotoran yang bisa mematikan sel. Jika sel yang mati cukup banyak, terjadilah kegagalan organ dan tubuh dinyatakan mati.

“Sel-sel otak yang lemah paling mudah terpengaruh oleh kekurangan oksigen (anoxia) dan mereka biasanya mulai mati setelah 4-6 menit (setelah jantung berhenti),” tulis Valentine.

Namun, temperatur dingin, seperti yang dialami oleh Kolkiewicz ketika disimpan dalam kamar mayat, bisa memperlambat kematian sel. Ketika memasuki kondisi hibernasi, sel-sel kulit bahkan bisa bertahan hidup hingga 24 jam setelah jantung berhenti berdetak.

Itulah sebabnya ketika Kolkiewicz bangun di kamar mayat 11 jam kemudian, dia baik-baik saja dan tidak mengalami gangguan apa pun selain rasa lapar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com