Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selatan Jawa Berpotensi Alami Tsunami, Begini Cara Ahli Menghitungnya

Kompas.com - 29/07/2019, 18:29 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Nah, para ilmuwan seperti Widjo Kongko, Daryono dari BMKG, Eko Yulianto dari LIPI dan lain sebagainya kemudian membuat simulasi dari potensi gempa besar dan tsunami di Indonesia itu.

Mereka bukan memprediksi. Sekali lagi, memprediksi berbeda dengan memberi gambaran akan adanya potensi. Hingga saat ini pun, belum ada alat pendeteksi gempa ataupun tsunami di dunia.

Dari simulasi potensi yang dibuat para ahli, diharapkan kita semua dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dan sadar bahwa negeri kita memang rawan bencana.

"Potensi itu sudah kami (ilmuwan) ketahui dan apa yang kami sampaikan berdasarkan reverensi buku Pusgen 2017 (Pusat Studi Gempa Bumi Nasional)," ujar Widjo saat ditemui Kompas.com pada Minggu (28/7/2019) di Yogyakarta.

Selain menjadikan buku Pusgen sebagai reverensi, para ilmuwan juga melakukan simulasi dengan beberapa skenario pemodelan.

"Skenario (pemodelan) yang diambil adalah kemungkinan potensi gempa dan tsunami terburuk. Seperti di Selatan Jawa kemarin kami menemukan ada potensi gempa besar dengan magnitudo 8,8," papar dia.

Untuk melakukan pemodelan atau simulasi, Widjo dan tim ilmuwan lain memasukkan berbagai macam data ke komputer, sama seperti yang dibuat Jepang, AS, dan lainnya.

Data itu mulai dari kedalaman laut, sumber gempa, bagaimana mekanisme gempanya apakah termasuk gempa dangkal atau tidak, episenter gempa di mana, dan apakah termasuk sesar naik, sesar turun, atau sesar geser. Widjo mengatakan, parameter-parameter lain juga wajib dimasukkan.

"Dari data kemudian bisa dilihat apakah gempa besar dapat menimbulkan tsunami, jika iya tingginya berapa meter," jelas Widjo.

Dengan persamaan matematik tertentu, model ini juga bisa melihat gelombang air merambat ke arah mana saja dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke pantai.

"Nah di pantai tingginya berapa (tsunami), kemudian sampai di pantai berapa menit. Itu semua kita hitung dan ini simulasi ya," ujar Widjo mengingatkan.

Selain mencari potensi gempa dan tsunami, Widjo menuturkan para ahli juga melakukan kajian bila air masuk ke daratan kira-kira jauhnya berapa kilometer, dan lain-lain.

Dengan ahli membuat simulasi besaran gempa dan tsunami, hal ini akan membantu mereka mengetahui seberapa besar potensi tersebut.

"Walaupun simulasi, jangan sampai salahnya lebih dari 20 persen," ujar Widjo.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau