Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2019, 11:52 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Sumber

Semakin besar atau lebih kuat dosisnya, semakin banyak THC yang masuk ke otak untuk mengubah cara kita mengatur emosi.

Bagaimana pengguna ganja bisa berisiko skizofrenia?

Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa penggunaan ganja dosis berat, identik dengan kondisi neuropsikiatri, seperti skizofrenia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak remaja pengguna ganja teratur yang berusia 16 atau 17 menunjukkan penurunan di thalamus otak, area penting untuk belajar, memori, dan komunikasi.

Selanjutnya, para peneliti mengatakan penurunan kualitas talamus otak ini menyerupai kerusakan yang ditemukan pada pasien skizofrenia dewasa pengguna ganja. Perubahan ini berlanjut sampai awal masa dewasa, jauh melewati tahap paparan awal.

Temuan ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa penggunaan ganja rutin dapat menyebabkan perubahan struktur otak yang berhubungan dengan skizofrenia.

Sebanyak 90 persen pengguna ganja skizofrenik telah menggunakan ganja dalam dosis berat, bahkan jauh sebelum terkena gangguan mental.

Namun demikian, peneliti menggarisbawahi bahwa peningkatan risiko skizofrenia akan melonjak dramatis ketika remaja pengguna ganja aktif juga memiliki riwayat skizofrenia dalam silsilah keluarga mereka.

Beberapa studi menunjukkan bahwa merokok ganja benar-benar dapat memicu penyakit timbul lebih awal pada individu yang memiliki faktor risiko skizofrenia.

Baca juga: Jefri Nichol Ditangkap Bukan Masalah Ganja, tapi Zamannya

Risiko skizofrenia akan lebih tinggi jika remaja memiliki faktor genetik

Penelitian dari National Institute of Drug Abuse telah menemukan bahwa pengguna ganja yang membawa varian tertentu dari gen AKT1, kode untuk enzim yang memengaruhi produksi sinyal dopamin di striatum, memiliki risiko lebih tinggi untuk psikosis.

Striatum adalah daerah otak yang menjadi aktif dan dibanjiri dopamin ketika rangsangan tertentu yang hadir.

Satu studi menemukan bahwa risiko psikosis di antara populasi pengguna ganja rutin yang memiliki varian kode genetik unik ini memiliki peningkatan hingga tujuh kali lebih tinggi terhadap skizofrenia dibandingkan dengan mereka yang jarang menghisap ganja atau tidak sama sekali.

Studi lain menemukan peningkatan risiko psikosis antara orang dewasa yang telah menggunakan ganja di usia remaja dan juga membawa varian tertentu dari gen untuk catechol-O-methyltransferase (COMT).

Penggunaan ganja juga telah terbukti memperburuk keparahan penyakit pada pasien pengguna ganja yang sudah memiliki skizofrenia, dan menurunkan kemungkinan pemulihan dari episode psikotik.

Baca juga: Menilik Kasus Nunung, Kenapa Orang Konsumsi Narkoba?

Ganja bukan penyebab langsung dari skizofrenia

Sejauh ini, penelitian-penelitian di atas hanya menunjukkan hubungan antara penggunaan ganja dan munculnya gejala psikosis atau skizofrenia di kemudian hari. Ini tidak sama dengan menyatakan bahwa ganja menyebabkan psikosis.

"Secara umum, kami menemukan kecenderungan adanya peningkatan depresi dan gangguan bipolar pada riwayat keluarga pengguna ganja. Ini mungkin menunjukkan bahwa remaja pengguna ganja lebih rentan terhadap gangguan ini daripada mereka yang bukan pengguna, atau sebaliknya," ujar tim peneliti dari Harvard Medical School, dilansir dari Psych Central.

Studi-studi ini memberikan satu lagi alasan untuk mengingatkan anak-anak muda terhadap bahaya penggunaan ganja — terutama jika mereka memiliki anggota keluarga yang memiliki skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau