Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Lidah Mertua Pemprov DKI Demi Atasi Polusi Udara Panen Kritik

Kompas.com - 22/07/2019, 15:46 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Ini artinya, tanaman lidah mertua dapat bekerja dengan baik untuk mengurangi polutan yang ada di dalam ruangan.

Meski beberapa bukti ilmiah menunjukkan tanaman lidah mertua dapat mengurangi polusi udara di dalam ruangan, tapi hal ini dianggap bukan solusi yang tepat untuk Jakarta.

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Ariyanu berkata, yang semestinya dilakukan pemerintah DKI adalah mengendalikan langsung sumber pencemarnya.

"Enggak salah sih pakai lidah mertua. Bahkan NASA juga ada risetnya yang mengungkap tanaman itu lebih optimal menyerap (polutan) di kondisi dalam ruangan. Tapi masa iya, solusinya hanya bagi-bagi lidah mertua. Bagaimana dengan cerobong-cerobong yang mengeluarkan asap, knalpot kendaraan yang hitam, sampah yang masih dibakar dan lainnya," kata Bondan kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Senin (22/7/2019).

"Lagi-lagi bicara soal polusi udara harus dikendalikan sumber pencemarnya," tegas Bondan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jakarta mulai memasuki musim kemarau yang memperparah kondisi udara kota kita. Faktor iklim ini berpengaruh pada kualitas udara, terutama jika dilihat dengan parameter Particulate Matter atau PM 2.5. Apa itu PM 2.5? PM 2.5 mencakup partikel debu yang super kecil & ringan, diameternya lebih kecil dari 2.5 mikron. Bayangin deh sehelai rambutmu, berapa kira-kira diameternya? PM 2.5 itu saking kecilnya cuma 3% dari diameter rambut kita. Kontributor terbesar PM 2.5 ini adalah polusi transportasi darat, seperti mobil, truk, dan kendaraan bermotor lainnya. Kemudian sisa pembakaran industri yang dikeluarkan lewat cerobong asap pabrik, juga berkontribusi terhadap PM 2.5. Ayo kurangi pencemaran udara! Kamu bisa naik transportasi umum untuk beraktivitas dan berperilaku hemat energi. Mari wujudkan Jakarta Cleaner Air 2030 sejak hari ini! #DKIJakarta #Jakarta #PemprovDKIJakarta #PemprovDKI #AniesBaswedan #JakartaBreath #PeduliUdaraJakarta #Climatechange

A post shared by Pemprov DKI Jakarta (@dkijakarta) on Jul 9, 2019 at 10:42pm PDT

Untuk itu, Bondan menyarankan pemerintah agar mau turun langsung ke lapangan dan melakukan sosialisasi pada warga Jakarta tentang bahaya membakar sampah, atau ke kawasan industri untuk mengecek apakah emisinya melebihi baku mutu atau tidak.

"Beri tilang atau tindakan tegas pada kendaraan umum dan pribadi yang masih ngebul knalpotnya," ujar Bondan.

Baca juga: Darurat Polusi Udara Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup Gagal Komunikasikan

Bondan juga mengatakan bahwa Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta sudah memaparkan sumber pencemaran udara di ibu kota lewat akun instagram resmi pemerintah.

Adapun sumber pencemaran udara yang paling banyak menyumbang polusi adalah transportasi darat sebesar 75 persen, disusul pembangkit listrik dan pemanas 9 persen, terakhir pembakaran industri dan pembakaran domestik masing-masing 9 persen.

Karena pemerintah DKI sudah menyatakan sumber-sumber dalam instagram, diharap ada solusi nyata dan konkret yang dilakukan.

"Sebenarnya ini sudah tugas DKI kan? Karena mereka sudah menyatakan sendiri sumber-sumbernya (polutan) dalam instagram itu, lantas solusinya mau ngapain?" tutup Bondan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com