KOMPAS.com - Popularitas tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata) melonjak setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana membagikan tanaman tersebut untuk mengurangi polusi udara di ibu kota.
Anies tengah melelang tanaman lidah mertua dalam jumlah besar yang nantinya ditempatkan di atap gedung perkantoran pemerintah ataupun swasta Jakarta.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Darjamuni menjelaskan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan instansi dan kantor pemerintah terkait rencana penempatan tanaman lidah di atap gedung perkantoran.
Darjamuni menerangkan, tanaman lidah mertua mampu menjadi anti-polutan sehingga membantu mengurangi polusi udara di ibu kota.
"Sekian banyak gedung di Jakarta, kalau bisa kita tempatkan (tanaman) lidah mertua kan bisa membantu mengurangi polusi udara. Makanya kami melakukan lelang karena butuh banyak tanaman untuk ditempatkan di atap gedung ibu kota," kata Darjamuni diberitakan Antara, Sabtu (19/7/2019).
Baca juga: Polusi Jakarta Parah, Jangan Berharap Sehat dengan Pakai Masker Kain Murah
Merujuk pemberitaan Kompas.com dalam artikel berjudul Ragam Manfaat Si Lidah Mertua, yang tayang (22/4/2009), peneliti senior dan tenaga ahli Lembaga Pertaganan Nasional (Lemhanas) Delima Hasri Azahari Darmawan mengungkap, tanaman lidah mertua memang sangat resistan atau mampu mengurangi dan menyerap polutan di dalam ruangan.
Berdasarkan data yang dirilis Komunitas Pencinta Sansevieria Indonesia (Kompensasi), ada banyak manfaat lain dari sansevieria.
Di dalam tiap helai daun sansevieria ada pregnane glycoside, zat yang mampu mengurai zat beracun menjadi senyawa organik, gula, dan asam amino. Zat beracun yang diurai, seperti karbondioksida, benzen, xilen, formaldehid, koloroform, dan triklorotilen.
Di dalam ruangan, sansevieria bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas korbondioksida, nikotin dari rokok, dan penggunaan AC.
Satu tanaman Sansevieria trifasciata lorentii dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi.
Merujuk artikel Kompas.com berjudul Tanaman yang Dapat Menyerap Polutan yang terbit (3/8/2010), para ilmuwan dari Universitas Sydney, Australia mengatakan bahwa tanaman lidah mertua mengandung banyak air dan efektif menyerap formaldehyde, salah satu racun yang dihasilkan oleh asap rokok.
Sementara itu, National Aeronautics and Space Administration (NASA) Amerika Serikat pernah merilis artikel pada 1989 yang mengungkap lidah mertua mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang ada di udara dalam ruangan.
NASA juga memanfaatkan lidah mertua menjadi obyek penelitian NASA untuk penyaring dan pembersih udara di stasiun angkasa luar.
NASA merekomendasikan untuk menempatkan lidah mertua sekitar 15-18 tanaman dalam wadah berdiameter 6-8 inci di setiap 1.800 kaki persegi ruangan atau rumah.
"Dalam studi ini, daun, akar, tanah, dan mikroorganisme terkait tanaman lidah mertua telah dievaluasi sebagai cara yang mungkin dilakukan untuk mengurangi polutan udara dalam ruangan," tulis ahli NASA dalam abstrak temuan mereka pada 1989.
Ini artinya, tanaman lidah mertua dapat bekerja dengan baik untuk mengurangi polutan yang ada di dalam ruangan.
Meski beberapa bukti ilmiah menunjukkan tanaman lidah mertua dapat mengurangi polusi udara di dalam ruangan, tapi hal ini dianggap bukan solusi yang tepat untuk Jakarta.
Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Ariyanu berkata, yang semestinya dilakukan pemerintah DKI adalah mengendalikan langsung sumber pencemarnya.
"Enggak salah sih pakai lidah mertua. Bahkan NASA juga ada risetnya yang mengungkap tanaman itu lebih optimal menyerap (polutan) di kondisi dalam ruangan. Tapi masa iya, solusinya hanya bagi-bagi lidah mertua. Bagaimana dengan cerobong-cerobong yang mengeluarkan asap, knalpot kendaraan yang hitam, sampah yang masih dibakar dan lainnya," kata Bondan kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Senin (22/7/2019).
"Lagi-lagi bicara soal polusi udara harus dikendalikan sumber pencemarnya," tegas Bondan.
Untuk itu, Bondan menyarankan pemerintah agar mau turun langsung ke lapangan dan melakukan sosialisasi pada warga Jakarta tentang bahaya membakar sampah, atau ke kawasan industri untuk mengecek apakah emisinya melebihi baku mutu atau tidak.
"Beri tilang atau tindakan tegas pada kendaraan umum dan pribadi yang masih ngebul knalpotnya," ujar Bondan.
Baca juga: Darurat Polusi Udara Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup Gagal Komunikasikan
Bondan juga mengatakan bahwa Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta sudah memaparkan sumber pencemaran udara di ibu kota lewat akun instagram resmi pemerintah.
Adapun sumber pencemaran udara yang paling banyak menyumbang polusi adalah transportasi darat sebesar 75 persen, disusul pembangkit listrik dan pemanas 9 persen, terakhir pembakaran industri dan pembakaran domestik masing-masing 9 persen.
Karena pemerintah DKI sudah menyatakan sumber-sumber dalam instagram, diharap ada solusi nyata dan konkret yang dilakukan.
"Sebenarnya ini sudah tugas DKI kan? Karena mereka sudah menyatakan sendiri sumber-sumbernya (polutan) dalam instagram itu, lantas solusinya mau ngapain?" tutup Bondan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.