Akan tetapi, Daryono mengungkapkan bahwa tidak setiap gempa megathrust menimbulkan tsunami. Syaratnya adalah gempa besar, hiposenter dangkal dan gerak sesar naik.
Baca juga: Katanya Bisa Memicu Tsunami Besar, Apa Sebenarnya Megathrust?
3. Potensi bukan prediksi dan harus fokus pada mitigasi
Seperti dikatakan oleh Widjo di atas, informasi mengenai potensi gempa dan tsunami di pantai selatan Jawa disampaikan dalam agenda Table Top Exercise (TTX) atau gladi ruang untuk rencana gladi lapang penanganan darurat tsunami.
Artinya, sama seperti saat kabar tsunami 57 meter menghebohkan Indonesia, kali ini pun kita seharusnya tidak panik dan fokus pada mitigasi.
Dalam diskusi bertajuk “Ancaman Tsunami Menelan Pulau Jawa, Fakta atau Hoax” di Jakarta, Selasa (10/4/2018), Guru Besar Teknik Pantai Universitas Gadjah Mada, Radianta Triatmadja, bekata bahwa informasi-informasi ini adalah potensi bukan prediksi.
Dia pun berkata bahwa salah satu cara untuk memitigasinya adalah melalui struktur bangunan yang lebih kuat dan tahan gempa.
Selain itu, peringatan dini dan pendidikan evakuasi mengenai kesiapsiagaan bencana juga perlu dietahui oleh masyarakat, misalnya cara untuk segera mengevakuasi diri dan ke mana harus pergi ketika peringatan dini diberikan, serta apa yang harus dilakukan jika kondisi gelap gulita karena tsunami menghantam pada malam hari dan memadamkan listrik.
Baca juga: Setelah Tahu Skenario Tsunami 57 Meter, Apa yang Harus Dilakukan?
Baca juga: Viral soal Potensi Tsunami Laut Selatan Jawa, Bagaimana Penjelasan yang Sebenarnya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.