Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pidato Jokowi Benar, Pembangunan SDM Dimulai dari Kesehatan Ibu Hamil

Kompas.com - 15/07/2019, 13:47 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Dalam Pidato Visi Indonesia, Jokowi menyinggung pembangunan sumber daya manusia sebagai prioritas.

"Titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia yang unggul ke depan. Itu yang harus dijaga betul. Jangan sampai ada stunting, kematian ibu, atau kematian bayi meningkat. Tugas besar kita di situ!" tegas Jokowi.

Soal kesehatan ibu dan bayi memang selalu disinggung Jokowi dan pasangannya Ma'ruf Amin dalam debat Pilpres.

Ma'ruf Amin mengatakan, sejak hari pertama ibu mengandung akan menentukan permasalahan stunting dan kesehatan bayi di masa depan.

Baca juga: Soal Stunting, AIMI Sebut Pembagian Asupan Tambahan Tidak Efektif

"Stunting adalah 1.000 hari pertama sejak ibu mulai hamil sampai disusui anaknya, yaitu melalui pemberian asupan yang cukup dan juga melalui sanitasi, air bersih, serta susu ibu selama dua tahun," jelas Ma'ruf Amin dalam debat Pilpres Maret 2019.

Benar seperti disebutkan Ma'ruf Amin, para ahli sepakat bahwa stunting terbentuk dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak sejak dalam rahim.

"Penyebab utama stunting berasal dari 1.000 hari pertama kehidupan sejak awal kehamilan hingga anak berusia dua tahun," kata Dr. dr. Dian Novita Chandra, M. Gizi yang merupakan staf pengajar dari Departemen Ilmu Gizi FKUI.

Hal itu bisa karena kurangnya jumlah asupan makanan atau kualitas makanan yang kurang baik, misalnya kurangnya variasi makanan. Selain makanan, kesehatan ibu selama kehamilan, pola asuh dan kesehatan anak, serta kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan.

Dampak stunting bisa berlangsung sepanjang kehidupan. Gawatnya, kekurangan gizi pada masa anak-anak berdampak serius tidak hanya saat usia kecil anak, tapi berdampak pada sepanjang hidupnya.

Stunting memengaruhi kapasitas belajar pada usia sekolah, nilai dan prestasi sekolah, upah kerja pada saat dewasa, risiko penyakit kronis seperti diabet, morbiditas dan mortalitas, dan produktivitas ekonomi.

Jika tidak ditangani dengan baik, persoalan stunting yang masif dapat menganggu produktivitas nasional dan mengancam masa depan generasi muda dan bangsa.

Baca juga: Pernah Alami Stunting Saat Kecil, Bisakah Tambah Tinggi Ketika Dewasa?

Stunting berdampak negatif pada daya tahan dan kecerdasan anak secara jangka panjang. Studi yang dilakukan oleh McDonald CM dkk (2013) atas negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin menunjukkan bahwa tingkat kematian anak yang mengalami stunting dan kekurangan berat badan tiga kali lebih besar ketimbang anak dengan gizi memadai.

Adapun studi yang dilakukan Grantham-McGregor dan Baker-Henningham (2005) menunjukkan bahwa di banyak negara, stunting berkaitan dengan rendahnya kemampuan kognitif anak dan performa mereka di sekolah.

"Jika kualitas sumber daya manusia Indonesia rendah akibat stunting, bonus demografi yang diprediksi akan dinikmati pada kurun 2030-2040 berpotensi menjadi petaka alih-alih karunia," imbuh Carolina.

Seperti disampaikan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), persoalan stunting diperkirakan dapat menyebabkan hilangnya 3 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, atau sekitar Rp 300 triliun. Angka ini setara dengan 13,8 persen proyeksi pendapatan negara tahun 2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau