KOMPAS.com - Pidato Visi Indonesia Jokowi mendapat tanggapan beragam. Ilmuwan menyambut baik visi Jokowi dalam inovasi dan pengembangan sumber daya manusia sekaligus memberi masukan untuk mencapainya.
Alan Frendy Koropitan dari Akademi Ilmuwan Muda Indonesia mengungkapkan, untuk mewujudkan pidato visi Indonesia, Jokowi perlu memikirkan untuk fokus pada ilmu-ilmu dasar.
"Diperlukan investasi dana riset yang tidak hanya bersifat applied science tapi juga basic science," katanya kepada Kompas.com, Minggu (14/7/2019).
Sejarah membuktikan bahwa riset dasar, seperti penemuan struktur DNA hingga fisika partikel, mempercepat inovasi dan meningkatkan pengaruh bangsa.
Untuk mendukung visi inovasi, Alan menuturkan perlunya figur yang tepat untuk mengisi posisi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Menurutnya, Menristekdikti nantinya harus mampu meningkatkan efisiensi dalam kegiatan riset, yakni dalam sumber daya dan luarannya, sesuai indikator Multi Factor Productivity.
"MFP ini sesuai dokumen Rencana Induk Riset Nasional 2015-2045. Pada tahun 2025 mencapai 30 persen," ungkap ahli bidang kelautan ini.
Baca juga: Punakawan Jadi Saksi Jokowi Bertemu Prabowo, Ini Makna di Baliknya
Tolok ukur keberhasilan Menristekdikti nantinya juga mencakup meningkatnya jumlah sumber daya manusia iptek yang memiliki dampak besar pada bidangnya masing-masing.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko, juga mengapresiasi visi Jokowi dalam pengembangan sumber daya manusia.
Dia menyarankan agar Jokowi tidak hanya fokus pada pendidikan vokasi tetapi juga peningkatan sumber daya manusia unggul.
"Penciptaan SDM unggul juga harus dilakukan dilakukan untuk mendukung ekonomi yang kompetitif secara global," ungkapnya.
Handoko juga mengungkapkan bahwa pembangunan SDM tak bisa dilepaskan dari riset, terlebih dengan misi era 4.0 Jokowi yang didengungkan sejak debat capres lalu.
"Relasi SDM unggul, iptek, riset, inovasi, ekonomi yang maju, sudah menjadi pakem global yang tidak perlu diperdebatkan lagi," katanya.
Diaspora bisa berperan dalam membantu pengembangan SDM dan iptek, dengan atau tanpa perlu diminta pulang ke Indonesia.
Baca juga: Jokowi Dikira Monyet, Kulit Hitam Dikira Gorila, Google Masih Harus Sekolah