King Tut adalah salah satu contoh "korban' perkawinan sedarah yang paling nyata. Tak hanya mengalami deformasi tengkorak, dia juga memiliki langit-langit mulut yang sumbing.
Raja Mesir Kuno itu memiliki atap mulut yang tidak terbentuk sepenuhnya. Bahkan, lubang tersebut terbuka ke seluran sinus.
Akibatnya, King Tut mengalami kesulitan makan, menelan, bernapas, bahkan berbicara.
Baca juga: Studi Buktikan Pernikahan Sedarah Punya Risiko Genetik Besar
4. Clubfoot
Clubfoot adalah cacat yang menyebabkan kaki tampak bengkok seperti terkilir atau berbentuk tidak wajar.
Kelainan ini juga dialami King Tut sebagai akibat dari pengaruh genetika perkawinan sedarah.
Sebenarnya, clubfoot tidak hanya dialami oleh keturunan pernikahan sedarah. Tapi, hubungan genetik yang dekat antara orang tua meningkatkan risiko anak lahir dengan kondisi ini.
5. Skoliosis
Tak hanya mengalami masalah tengkorak, mulut sumbing, dan clubfoot, King Tut juga menderita skoliosis. Skoliosis terjadi ketika tulang belakang menunjukkan kelengkungan abnormal pada satu sisi punggung.
Dalam kasus yang parah, kelainan ini bisa berdampak pada kemampuan berjalan dan duduk.
Skoliosis sendiri sebenarnya adalah kondisi genetik yang cukup umum. Meski begitu, ketika inses terjadi, anak memiliki risiko lebih besar karena kesamaan gen orangtua.
6. Hemofilia
Beberapa keluarga kerajaan besar di Eropa memang akrab dengan praktik inses. Tapi efek buruk dari perkawinan sedarah ini baru disadari oleh Ratu Victoria pada 1850-an.
Saat itu, dia menyadari bahwa anaknya yang bernama Leopold mengalami masalah dengan pembekuan darah. Meski bukan pelaku inses, tapi ratu Victoria menyadari bahwa ketika antar-saudara di keluarga tersebut menikah, keturunan mereka menunjukkan tanda-tanda masalah dengan pendarahan.
Hal ini membuat Ratu Victoria menyadari bahwa keluarga mereka adalah pembawa hemofilia atau kelainan genetis resesif.