KOMPAS.com - Hampir seluruh budaya di dunia menganggap perkawinan sedarah atau antar-kerabat adalah hal yang tabu. Meski begitu, perilaku ini sebenarnya telah dipraktikkan pada berbagai budaya dunia.
Pada masa lampau, para bangsawan dunia mencoba menjaga status mereka sebagai darah murni dengan praktik inses.
Sejarah mencatat, penguasa Mesir di masa lalu menikahi saudara mereka, orang tua, atau bahkan anak-anak mereka sendiri. Bangsawan di beberapa negara lain juga mengalami praktik ini.
Sayangnya, perilaku inses tersebut bukan tanpa risiko. Perkawinan sedarah tercatat menghasilkan berbagai mutasi gen yang membuat keturunan dari para pelaku mengalami kecacatan.
Meski begitu, perlu dicatat bahwa tidak semua kecacatan terjadi akibat perkawinan sedarah.
Namun, bukti sejarah menunjukkan bahwa inses membawa sejumlah kelainan dan cacat pada tubuh atau mental manusia. Merangkum dari Ranker, beberapa kasus yang terjadi di antaranya:
1. Rahang Habsburg
Mutasi genetik harus dibayar oleh keturunan para bangsawan Spanyol, terutama penguasa Kerajaan Habsburg. Kerajaan tersebut berkuasa selama pertengahan 1400-an hingga 1700-an.
Selama waktu itu, untuk mempertahankan kekuasaannya, keluarga bangsawan melakukan praktik perkawinan sejarah. Mereka mencegah terjadinya pernikahan di luar keluarga untuk menjaga kepentingannya.
Kasus terburuk terlihat pada Charles II, penguasa terakhir Habsburg. Dia memiliki rahang bawah yang panjang dan menonjol dengan bentuk gigi cakil.
Hal tersebut membuat Charles II tidak bisa berbicara dengan benar, tidak bisa mengunyah, dan bermasalah dengan air liur. Bentuk rahang khas ini tidak hanya dimiliki oleh Charles II tapi juga leluhurnya.
2. Tengkorak Tidak Berbentuk
Pernikahan sedarah juga tercatat dalam sejarah bangsa Mesir Kuno. Raja Mesir Kuno memiliki kebiasaan menikahi saudara perempuan, ibu, atau sepupu mereka.
Perilaku inses ini menghasilkan tengkorak keturunan mereka yang tidak berbentuk. King Tut misalnya, mengalami deformasi tengkorak.
3. Mulut Sumbing
King Tut adalah salah satu contoh "korban' perkawinan sedarah yang paling nyata. Tak hanya mengalami deformasi tengkorak, dia juga memiliki langit-langit mulut yang sumbing.
Raja Mesir Kuno itu memiliki atap mulut yang tidak terbentuk sepenuhnya. Bahkan, lubang tersebut terbuka ke seluran sinus.
Akibatnya, King Tut mengalami kesulitan makan, menelan, bernapas, bahkan berbicara.
4. Clubfoot
Clubfoot adalah cacat yang menyebabkan kaki tampak bengkok seperti terkilir atau berbentuk tidak wajar.
Kelainan ini juga dialami King Tut sebagai akibat dari pengaruh genetika perkawinan sedarah.
Sebenarnya, clubfoot tidak hanya dialami oleh keturunan pernikahan sedarah. Tapi, hubungan genetik yang dekat antara orang tua meningkatkan risiko anak lahir dengan kondisi ini.
5. Skoliosis
Tak hanya mengalami masalah tengkorak, mulut sumbing, dan clubfoot, King Tut juga menderita skoliosis. Skoliosis terjadi ketika tulang belakang menunjukkan kelengkungan abnormal pada satu sisi punggung.
Dalam kasus yang parah, kelainan ini bisa berdampak pada kemampuan berjalan dan duduk.
Skoliosis sendiri sebenarnya adalah kondisi genetik yang cukup umum. Meski begitu, ketika inses terjadi, anak memiliki risiko lebih besar karena kesamaan gen orangtua.
6. Hemofilia
Beberapa keluarga kerajaan besar di Eropa memang akrab dengan praktik inses. Tapi efek buruk dari perkawinan sedarah ini baru disadari oleh Ratu Victoria pada 1850-an.
Saat itu, dia menyadari bahwa anaknya yang bernama Leopold mengalami masalah dengan pembekuan darah. Meski bukan pelaku inses, tapi ratu Victoria menyadari bahwa ketika antar-saudara di keluarga tersebut menikah, keturunan mereka menunjukkan tanda-tanda masalah dengan pendarahan.
Hal ini membuat Ratu Victoria menyadari bahwa keluarga mereka adalah pembawa hemofilia atau kelainan genetis resesif.
7. Anggota Tubuh Menyatu
Akibat dari inses juga terlihat pada suku Vadoma di Zimbabwe. Mereka memiliki anggota badan yang menyatu seperti jari-jari kaki atau tangan.
Kebiasaan inses ini terjadi karena mereka hidup dalam isolasi relatif. Itu membuat mereka berpasangan dengan kelompok kecil suku mereka.
Gen mereka akhirnya tidak beragam dan menimbulkan cacat fisik tersebut.
8. Mikrosefali
Anda mungkin akrab dengan istilah hidrosefalus atau tengkorang yang penuh dengan air. Nah, mikrosefali adalah istilah untuk menunjukkan kelainan tubuh dengan bentuk kepala sangat kecil.
Kasus mikrosefali ini teramati di antara komunitas Muslim di Pakistan. Berdasarkan adat istiadat, mereka melakukan perkawinan dengan kerabat dekat seperti sepupu pertama.
Dalam sebuah penelitian tahun 1998, ditemukan bahwa 63 persen orang Pakistan yang melakukan pernikahan sedarah memiliki anak yang lahir dengan kepala sangat kecil atau mikrosefali.
Tak hanya ukurannya yang kecil, kasus mikrosefali juga sering diikuti dengan otak tidak sepenuhnya berkembang.
9. Albinisme
Albinisme adalah kondisi ketika tubuh kekurangan zat melanin. Orang dengan albinisme memiliki mata terang, kulit pucat, dan rambut hampir putih.
Kondisi ini adalah penyakit resesif autosom. Artinya, ketika terjadi perkawinan sedarah, risiko terjadinya albinisme meningkat pesat.
Wilayah dengan albinisme tertinggi di dunia adalah Puerto Rico. Area ini berisi populasi orang yang jarang mendapatkan banyak keragaman genetik.
10. Kerdil
Dwarfisme atau tubuh kerdil sering dikaitkan dengan perilaku inses. Itu bermula dari kasus di sebuah pemukiman di Pennsylvania, bernama Lancaster pada 1700-an.
Di pemukuiman tersebut, perkawinan sedarah kerap terjadi. Anak-anak yang dihasilkan dari perkawinan sedarah ini mengalami dwarfisme atau tubuh kerdil.
Penyakit ini berhubungan dengan pengerdilan ekstrem dan masalah jantung.
https://sains.kompas.com/read/2019/07/03/200000123/sejarah-mencatat-korban-pernikahan-sedarah-adalah-anak-anak