Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Diduga Meteor di Probolinggo Terbukti Hoaks, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 11/05/2019, 13:23 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com — Minggu (5/5/2019), sebuah video yang menunjukkan benda bercahaya diduga meteor melintas di langit Probolinggo, Jawa Timur, viral di Facebook.

Atas maraknya video viral tersebut, Kapolres Probolinggo AKBP Eddwi Kurniyanto sebenarnya sudah mengungkapkan bahwa itu hoaks.

"Itu tidak benar," ujar Eddwi dalam pemberitaan Kompas.com dalam judul "Hoaks, Video Hujan Meteor Turun" di Langit Probolinggo.

Senada dengan yang diutarakan Eddwi, astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo juga mengatakan video viral tersebut hoaks.

Baca juga: Pesan Kurma Timur Tengah Membawa Virus Corona Hoaks, Jangan Percaya

Dalam laman blog pribadi Marufin ekliptika.wordpress.com, dia menjelaskan fenomena meteor jatuh itu tidak terjadi di langit Pasuruan atau Probolinggo, Jawa Timur.

Marufin menganalisis video singkat berdurasi 18 detik yang kemungkinan besar direkam oleh telepon seluler itu.

Video memang menunjukkan cahaya kehijauan sangat terang yang seakan berekor dan melintas cepat. Hal ini memberi kesan bahwa itu adalah meteor terang (fireball).

Akan tetapi, pada awal dan akhir video tampak sumber cahaya lain yang tak kalah terang. Sumber cahaya lain ini kemungkinan besar adalah lampu jalan yang memancarkan cahaya kekuningan.

Sementara sumber cahaya di akhir video terlihat memancarkan cahaya putih serupa dengan cahaya sang meteor yang melintas di atas tutupan awan. Kesan ini mengindisikan sumber cahaya putih tersebut cukup tinggi, jauh melampaui ketinggian awan dan besar kemungkinan memang berasal dari benda langit.

"Berdasarkan pengalaman, hanya ada satu benda langit yang cukup terang dan menyajikan kesan seperti itu jika direkam dengan telepon seluler, yakni Bulan," tulis Marufin dalam blognya.

Persoalannya menurut Marufin, fenomena di langit Pasuruan dan Probolinggo diduga terjadi pada Minggu malam, ketika sore harinya Indonesia menggelar rukyutal hilaal guna menentukan 1 Ramadhan 1440 H.

"Perhitungan astronomi menunjukkan bagi kawasan pulau Jawa, pada saat itu Bulan sudah terbenam dalam tempo 25 menit pascaterbenamnya Matahari. Sebaliknya video menunjukkan Bulan dalam kedudukan cukup tinggi sehingga mustahil video tersebut direkam pada 5 Mei 2019 TU malam," kata Marufin.

Berikutnya, Bulan dalam video tersebut menunjukkan bercahaya cukup terang yang menandakan sedang ada di fase cukup besar ketika meteor melintas.

Marufin menjelaskan, fase Bulan yang terekam dalam video ini berada di antara kuartir pertama hingga kuartir ketiga, termasuk di dalamnya fase Bulan purnama.

"Jika dikorelasikan ke dalam kalender Hijriah, rentang waktu tersebut terjadi di antara tanggal 8 hingga 22 bulan Hijriah. Sementara fenomena di langit Pasuruan terjadi pada tanggal 1 Ramadhan 1440 H. Jelas tidak pas," ujar Marufin.

Baca juga: Sesar Batui dan Balantak Picu Gempa dan Tsunami di Sulteng Hoaks

Yang terakhir, kedudukan Bulan yang relatif rendah dalam rekaman video mengesankan Bulan ada di langit barat (menjelang terbenam) atau di langit timur (baru terbit).

Lintasan meteor terang itu ada di sebelah kanan kedudukan Bulan sehingga menyajikan imaji bahwa meteor terang tersebut melintas dari tenggara menuju ke barat laut (jika Bulan menjelang terbenam), atau sebaliknya dari barat laut ke tenggara (jika Bulan baru saja terbit).

Lintasan ini bertolak belakang dibandingkan laporan saksi mata yang menyatakan fenomena di langit Pasuruan melintas dari selatan menuju utara.

"Lewat alasan-alasan tersebut, saya menyimpulkan video rekaman fenomena di langit Pasuruan tergolong video kabar bohong (hoaks)," papar Marufin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau