Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2019, 16:08 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Pada bulan Ramadhan, seluruh umat muslim di dunia melaksanakan ibadah puasa. Mereka melaksanakannya dengan menahan hawa nafsu, termasuk lapar dan haus, sejak matahari terbit hingga terbenam.

Di Indonesia, puasa berkisar antara 13-14 jam sejak azan subuh berkumandang hingga azan maghrib.  Namun, lain ceritanya dengan negara-negara di belahan dunia lain.

Seperti dilaporkan oleh Kompas.com pada Senin (6/5/2019), Kota Murmansk di Rusia menjadi tempat dengan durasi puasa terpanjang pada Ramadhan 1440 H di tahun 2019 bertepatan dengan bulan Mei 2019 ini.

Kota tersebut hanya mengalami malam sekitar tiga jam hingga matahari terbit pada pukul 01.41. Alhasil, masyarakat muslim di Murmansk harus berpuasa selama 20 jam 45 menit.

Baca juga: Agar Puasa Lancar, Hindari Paparan Suhu Tinggi yang Bahayakan Jiwa

Sementara itu, tempat dengan durasi puasa tersingkat di dunia untuk tahun ini adalah Ushuaia di Argentinya yang hanya 11 jam, mulai pukul 06.57 sampai 17.57.

Perbedaan waktu puasa ini disebabkan oleh kedudukan matahari yang berbeda-beda mengikuti gerak semu tahunannya.

Astronom amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa secara astronomis, puasa dimulai pada saat cahaya fajar (fajar astronomis) mulai muncul di kaki langit timur, dan berakhir manakala Matahari tepat terbenam sempurna, yakni tatkala piringan teratas Matahari tepat meninggalkan garis kaki langit barat (garis horizon semu).

Namun, kedudukan Matahari ini berbeda-beda seiring gerak semu tahunannya, yang menyebabkan durasi puasa di negara-negara dunia juga menjadi berbeda seiring perbedaan kedudukan garis lintangnya.

Baca juga: Cegah Dehidrasi, Patuhi Aturan Minum Saat Sahur dan Buka Puasa Ini

Perbedaan ini mungkin tak akan terlalu terasa di kawasan tropis, seperti Indonesia, karena kedudukan Matahari yang mengalami gerak semu tahunan di antara garis balik utara (lintang 23,5 LU) hingga garis balik selatan (lintang 23,5 LS).

Namun di kawasan subtropis, Marufin berkata bahwa durasi puasa akan sangat berbeda seiring peningkatan nilai garis lintang.

“Durasi puasa terpanjang bagi kawasan subtropis terjadi pada puncak musim panas, di mana bagi belahan Bumi utara, semakin mendekat ke arah kutub utara, maka durasi puasa akan semakin panjang. Hal yang sama berlaku pula bagi belahan Bumi selatan,” ujarnya melalui pesan yang diterima Kompas.com, Rabu (8/5/2019).

“Sebaliknya durasi puasa terpendek terjadi pada puncak musim dingin, di mana bagi belahan Bumi utara, semakin mendekat ke arah kutub utara, maka durasi puasa akan semakin pendek. Hal yang sama berlaku pula bagi belahan Bumi selatan,” imbuhnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kualitas Udara yang Kita Masih Abai

Kualitas Udara yang Kita Masih Abai

Fenomena
Kapan Fenomena El Nino Berakhir?

Kapan Fenomena El Nino Berakhir?

Fenomena
Tanaman Rambat Kok Tahu Jalur yang Benar untuk Memanjat? Ini Rahasianya

Tanaman Rambat Kok Tahu Jalur yang Benar untuk Memanjat? Ini Rahasianya

Oh Begitu
Apa yang Terjadi Saat Fenomena El Nino dan La Nina?

Apa yang Terjadi Saat Fenomena El Nino dan La Nina?

Fenomena
Apakah Manfaat Makan Jamur untuk Kesehatan Jantung?

Apakah Manfaat Makan Jamur untuk Kesehatan Jantung?

Oh Begitu
Tak Cemari, 'Karat Pintar' Ini Justru Tingkatkan Kualitas Air

Tak Cemari, "Karat Pintar" Ini Justru Tingkatkan Kualitas Air

Fenomena
Mengenal Hidrogel, Teknologi Baru untuk Mengatasi Kelangkaan Air

Mengenal Hidrogel, Teknologi Baru untuk Mengatasi Kelangkaan Air

Fenomena
Bagaimana Berlian Merah Muda Terbentuk? Studi Ungkap

Bagaimana Berlian Merah Muda Terbentuk? Studi Ungkap

Oh Begitu
Apa yang Membuat Ketan Lengket?

Apa yang Membuat Ketan Lengket?

Oh Begitu
Kabar Buruk, Lebah Berpotensi 'Lenyap' dari Eropa pada 2080

Kabar Buruk, Lebah Berpotensi "Lenyap" dari Eropa pada 2080

Fenomena
Apa Hewan yang Terbang Paling Cepat?

Apa Hewan yang Terbang Paling Cepat?

Oh Begitu
Dari Mana Asal Anggur Muscat?

Dari Mana Asal Anggur Muscat?

Oh Begitu
Panda Raksasa di Kebun Binatang Bisa Menderita Jet Lag, Apa Maksudnya?

Panda Raksasa di Kebun Binatang Bisa Menderita Jet Lag, Apa Maksudnya?

Fenomena
6 Fakta Menarik Paru-paru Manusia

6 Fakta Menarik Paru-paru Manusia

Kita
Apakah Penderita Asam Urat Boleh Makan Jeroan?

Apakah Penderita Asam Urat Boleh Makan Jeroan?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com