Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Puasa Lancar, Hindari Paparan Suhu Tinggi yang Bahayakan Jiwa

Kompas.com - 08/05/2019, 14:53 WIB
Julio Subagio,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Berpuasa secara tidak langsung mengakibatkan dehidrasi, karena tubuh tidak menerima asupan air yang diperlukannya untuk mengganti cairan yang hilang. Hal ini dapat berdampak bagi kesehatan, terutama jika tubuh mengeluarkan keringat dalam jumlah besar.

Sebagai catatan, kondisi dehidrasi ini makin berbahaya jika tubuh terpapar panas berlebih.

Tubuh manusia tidak dapat menerima panas yang berlebihan. Suhu tubuh normal manusia berkisar antara 37 derajat Celcius, dan tubuh akan mengatur sedemikian rupa agar suhu tetap berada dalam kondisi homeostasis tersebut.

"Jika suhu tubuh meningkat, maka tubuh akan merespon dengan cara membuang panas tersebut," jelas Jonathan Samet, dekan Colorado School of Public Health, seperti yang dilansir dari Science News, Kamis (2/5/2019).

Baca juga: Cegah Dehidrasi, Patuhi Aturan Minum Saat Sahur dan Buka Puasa Ini

Tubuh membuang panas ke lingkungan lewat beberapa cara, salah satunya pembuluh darah di bawah kulit akan melebar, dan di saat yang bersamaan, jantung akan berdetak lebih kencang. Hal ini mendorong aliran darah dalam jumlah besar menuju kulit.

Aliran darah tersebut mengalirkan panas dari darah ke kulit, untuk kemudian dilepaskan lewat keringat keluar tubuh.

Namun, terdapat batasan suhu yang dapat diterima tubuh. Batasan ini bergantung pada kesehatan seseorang, serta suhu dan tingkat kelembaban lingkungan.

Jika suhu lingkungan lebih besar dari tubuh, maka panas tidak dapat keluar lewat kulit. Begitu pula jika kelembaban tinggi, maka keringat tidak dapat mendinginkan tubuh.

Berdasarkan studi, diperkirakan tubuh tidak dapat mendinginkan diri jika berada dalam durasi lama dengan wet-bulb temperature (ukuran gabungan suhu & kelembaban) sekitar 35 derajat Celsius.

Jika tubuh terus terpapar panas tanpa henti, maka gejala heat exhaustion mulai timbul, ditandai dengan rasa lemas, pusing, dan mual. Jika kondisi terus berlanjut, maka heat stroke dapat terjadi.

Kondisi heat stroke merupakan titik dimana kemampuan tubuh untuk meregulasi panas terhenti. Hal ini dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 40 derajat Celsius, dan dapat memicu kejang, pingsan, hingga koma.

Tanpa penanganan medis, heat stroke dapat menyebabkan kematian.

Baca juga: Punya Penyakit Jantung? Hindari Suhu Dingin atau Panas Saat Berlibur

Beberapa kalangan rentan mengalami ini dibanding yang lainnya. Salah satunya adalah manula, karena mereka memiliki kelenjar keringat yang lebih sedikit.

Begitu pula dengan anak-anak yang belum memiliki sistem regulasi panas secara sempurna. Serta ibu hamil yang fokus sistem regulasinya terbagi.

Selain itu, orang yang menderita penyakit kronis seperti diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan obesitas juga mengalami masalah untuk mengatur suhu tubuh mereka.

Hal ini tentunya menjadi perhatian khusus agar kita dapat menghindari paparan panas berlebih, terutama bagi yang bermukim di kawasan kota besar berpolusi dengan suhu tinggi, seperti Jakarta.

Kita perlu menjaga aktivitas agar tidak terpapar panas secara berlebihan serta memperhatikan kebutuhan air untuk menghindari dehidrasi, terutama selama berpuasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau