Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Bikin Simulasi Tabrakan Asteroid, New York Kemungkinan "Lumpuh"

Kompas.com - 08/05/2019, 14:15 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Badan Antariksa AS (NASA) bersama dengan beberapa agen federal dan organisasi Internasional membuat misi yang bertujuan untuk menyelamatkan umat manusia, terutama penduduk New York.

Gabungan beberapa organisasi ini membuat simulasi dan latihan untuk mengetahui dampak asteroid yang bakal menghantam New York.

Proyek yang dikerjakan pekan lalu dan menjadi bagian dari Konferensi Pertahanan Planet itu memungkinkan para ilmuwan mengatasi tantangan ilmiah, teknis, dan politik dalam usaha melindungi planet dari dampak asteroid.

Para ahli merangkum kejadian yang bakal terjadi dalam delapan tahun ke depan menjadi pengamatan yang dilakukan selama lima hari. Berikut penjelasan simulasi dan pantauan yang didapat para ahli.

Baca juga: NASA Buat Simulasi Jika Ada Asteroid yang Menghantam Bumi

Pada hari pertama, mereka menemukan bahwa asteroid PDC memiliki peluang 1 banding 100 mengenai Bumi.

Pada hari kedua, risikonya meningkat menjadi 1 banding 10 dan diperkirakan bakal menabrak Denver, Colorado pada 29 April 2027. Saat ilmuwan menemukan hal ini, mereka segera melakukan pengintaian lebih intens.

Pada hari ketiga, ilmuwan mengatakan pada akhir Desember 2021, pesawat ruang angkasa pengintai mencapai asteroid.

Ilmuwan berencana untuk mengarahkan asteroid lebih dekat dengan pesawat ruang angkasa, kemudian  menabraknya agar asteroid keluar dari orbit Bumi. Ilmuwan memperhitungkan hal ini bisa terjadi pada Agustus 2024.

Di hari keempat, pengamatan mereka menemukan kabar baik dan kabar buruk. Tubuh utama asteroid berhasil dibelokkan dari orbit Bumi, namun fragmen kecil berukuran 50 sampai 80 meter masih berada di jalur tabrakan Bumi, tepatnya di New York.

Selain itu, puing-puing yang hancur karena tabrakan pesawat ruang angkasa pengintai dengan asteroid makin membuat rumit untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Kita perlu menantang diri kita dan mengajukan pertanyaan sulit. Belajar dari kasus terburuk akan membantu kita mempersiapkan diri," jelas Paul Chodas, direktur Pusat Studi Objek Dekat Bumi di JPL Naasa dan pencipta skenario tabrakan asteroid, dilansir IFL Science, Senin (6/5/2019).

Untuk menyelesaikan persoalan ini para ahli sempat mengusulkan meledakkan perangkat nuklir 300 kiloton untuk meledakkan 145 meter fragmen asteroid. Namun karena pertimbangan risikonya, hal ini diurungkan.

Selanjutnya pada simulasi hari kelima, para ilmuwan melihat  asteroid memasuki atmosfer dan bergerak dengan kecepatan 19 kilometer per detik dan melepaskan energi sebesar 5 sampai 20 megaton di lapisan udara.

Baca juga: Alasan Asteroid yang Membahayakan Bumi Begitu Sulit Dideteksi

Asteroid diperkirakan meledak sekitar 15 kilometer di atas Central Park dan bisa menghancurkan kota sejauh 15 kilometer.

Dalam skenario ini, tugas Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) bertugas mengevakuasi sekitar 10 juta penduduk, hewan peliharaan, dan barang berharga. Selain itu juga melindungi instalansi nuklir dan kimia di daerah tersebut dan melindungi benda bersejarah.

Menurut ilmuwan NASA, semua ahli di segala bidang, termasuk ilmiah, sosiolog, hukum, dan politik harus terlibat dalam hal ini.

"Latihan ini sangat berharga karena melanjutkan pekerjaan yang sedang berlangsung saat ini untuk mengidentifikasi pertanyaan dan masalah utama untuk skenario probabilitas rendah namun konsekuensi tinggi ini," kata Leviticus Lewis dari FEMA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau