Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangutan Tapanuli Perlu Dilindungi, Mengapa?

Kompas.com - 07/05/2019, 13:47 WIB
Julio Subagio,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Selain soal jembatan, pengembang proyek PLTA Batang Toru juga harus memikirkan akses makanan orangutan tapanuli. Penanaman pohon memang bisa jadi solusi tetapi hasilnya baru bisa dinikmati dalam 10-15 tahun. Manajemen konservasi jadi kunci.

Pengembang PLTA Batang Toru juga mesti mempertimbangkan agar proyeknya tak mengubah perilaku orangutan. Pengamnatan saat ini, karena interaksi dengan manusia, ada sejumlah orangutan Tapanuli yang telah terhabituasi.

"Saya lihat mereka sudah mulai berani turun ke jalan," jelasnya.

“Ketakutan terbesar saya adalah akan menimbulkan konflik dalam arti orangutan tidak takut dengan manusia. Dan mereka pasti sudah merasakan makanan manusia, orangutan akan lebih senang. Mereka lebih memilih tinggal bersama manusia dibanding mencari pakan secara liar di dalam hutan. Itu akan menimbulkan konflik," jelasnya.

Orangutan Tapanuli merupakan spesies yang unik. Meski memiliki lokasi yang berdekatan dengan orangutan Sumatera, namun berdasarkan analisis genetika, mereka justru memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan orangutan Kalimantan.

Diduga, pemicu isolasi yang menyebabkan ketiga spesies ini menjadi terpisah adalah letusan Gunung Toba, sekitar 75.000 tahun yang lalu, serta keberadaan koridor savana yang memisahkan Sumatera, Kalimantan, dan Jawa di era Pleistosen. Sintas dari bencana besar Toba, jangan sampai spesies ini punah karena manusia.

Baca juga: Kotoran Kelelawar Purba Jelaskan Asal Kekayaan Hayati Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau