Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kotoran Kelelawar Purba Jelaskan Asal Kekayaan Hayati Indonesia

Kompas.com - 27/04/2019, 20:07 WIB
Julio Subagio,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sains merupakan upaya kita untuk memahami mekanisme cara kerja alam semesta. Untuk itu, seorang ilmuwan perlu mengeksplorasi berbagai objek untuk dapat menemukan jawaban di balik misteri semesta.

Objek tersebut dapat berupa sesuatu yang tidak terduga sebelumnya, termasuk tumpukan kotoran kelelawar purba setebal 3 meter.

Peneliti dari James Cook University, Australia, memilih kotoran kelelawar untuk pencarian akan pertanyaan yang selama ini menjadi misteri: mengapa kepulauan Indonesia, terutama Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, memiliki biodiversitas tinggi, padahal mereka terpisah relatif baru belakangan?

Salah satu teori yang menjadi penjelasan adalah savanna corridor theory yang mengatakan bahwa Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Jawa yang semula tergabung sebagai satu kesatuan Sundaland terpisah oleh koridor savana.

Baca juga: Kotoran Burung Bisa Halangi Perjalanan Roket Anyar Elon Musk ke Mars

“Hal ini dapat menjelasakan mengapa Sumatra dan Kalimantan memiliki spesies orangutannya masing-masing, meski mereka terhubung oleh daratan selama jutaan tahun”, ujar Dr. Chris Wuster, peneliti geokimia James Cook University yang mengepalai penelitian ini.

“Keberadaan koridor membelah keduanya menjadi dua hutan hujan yang terisolasi, sebagaimana lautan saat ini”, tambahnya.

Teori ini mendapat dukungan kuat melalui temuan jutaan kelelawar pemakan serangga, yang mengumpulkan dan meninggalkan bukti selama ribuan tahun berupa kotoran yang mengendap membentuk lapisan-lapisan dalam gua.

Kotoran kelelawar sangat informatif, terutama di kawasan tropis, dimana iklim dapat mengganggu proses investigasi tradisional”, jelas Wuster.

Tumpukan kotoran kelelawar setebal tiga meter yang ditemukan di Gua Saleh, Kalimantan, menyediakan catatan berusia 40.000 tahun yang didominasi oleh cangkang dan kulit serangga.

“Kita tidak dapat mengenali jenis serangga yang dimakan oleh kelelawar pada waktu itu, karena berupa fragmen kecil, tapi kita dapat mengidentifikasi komposisi kimianya”, jelasnya.

Baca juga: Peneliti Bikin Ekspedisi Besar Pelajari Kotoran Paus, Buat Apa?

Memakan serangga yang sebelumnya mengonsumsi rerumputan menghasilkan kotoran dengan karakteristik kimia yang berbeda dari serangga yang mengonsumsi tumbuhan hutan tropis.

Berdasarkan analisis isotop kotoran kelelawar tersebut, bentang alam sekitar Gua Saleh sebelumnya didominasi oleh rerumputan.

“Dikombinasian dengan studi gua lain untuk kawasan ini, temuan ini mengarahkan kita untuk mendukung teori koridor savana, serta memberikan petunjuk mengenai luas dan cakupan koridor”, ungkapnya.

Keberadaan koridor ini juga dapat menjelaskan riwayat manusia prasejarah.

“Sebuah koridor savana, yang tentunya lebih mudah dilintasi dibandingkan hutan belantara, dapat membantu menjelaskan bagaimana manusia bermigrasi secara relatif cepat melalui kawasan ini menuju Australia dan New Guinea”, tutupnya.

Temuan ini dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com