Untuk menguji hal ini, kami mengevaluasi panjang telomer dalam sampel darah yang kami ambil dari si kembar sebelum, selama, dan setelah misi satu tahun.
Scott dan Mark memulai riset itu dengan panjang telomer yang relatif sama, yang konsisten dengan komponen genetik yang kuat. Juga seperti yang diharapkan, panjang telomer Mark yang berada di Bumi relatif stabil selama penelitian.
Tapi yang sangat mengejutkan kami, telomer Scott jauh lebih panjang di setiap titik waktu dan pada setiap sampel yang diuji selama penerbangan luar angkasa. Kasus tersebut terbalik dengan apa yang kami harapkan.
Selain itu, ketika Scott kembali ke Bumi, panjang telomer memendek dengan cepat, kemudian kembali stabil selama beberapa bulan berikutnya mendekati rata-rata sebelum penerbangan. Namun, dari sudut pandang penuaan dan risiko penyakit, ia memiliki telomer yang lebih pendek setelah penerbangan luar angkasa daripada sebelumnya.
Tantangan kami sekarang adalah mencari tahu bagaimana dan mengapa pergeseran khusus penerbangan luar angkasa dalam dinamika panjang telomer terjadi.
Temuan kami akan memiliki relevansi dengan penduduk dunia juga, karena nantinya kita semua mengalami penuaan dan mengalami kondisi terkait usia.
Hasil riset TWINS ini dapat memberikan petunjuk baru ke dalam proses yang terlibat, dan dengan demikian meningkatkan pemahaman kita tentang apa yang mungkin kita lakukan untuk menghindarinya atau memperpanjang rentang kesehatan.
Efek kesehatan jangka panjang dari penerbangan berdurasi panjang belum ditentukan, tapi riset TWINS mewakili langkah penting dalam perjalanan manusia ke bulan, Mars dan seterusnya… dan mengubah fiksi ilmiah menjadi fakta ilmiah.
Susan Bailey
Professor of Radiation Cancer Biology and Oncology, Colorado State University
Artikel ini dipublikasikan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia dari judul asli "Apakah setahun di luar angkasa membuat Anda jadi lebih tua atau lebih muda?". Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.