KOMPAS.com - Imunisasi atau vaksinasi adalah suatu tindakan pemberian zat yang berasal dari kuman, baik yang sudah mati ataupun yang dilemahkan. Diharapkan dengan pemberian vaksin ini, sistem pertahanan tubuh mengenali kuman tersebut, sehingga tubuh bisa mengatasinya apabila suatu saat terinfeksi.
Imunisasi pada anak menjadi topik perdebatan yang tidak kunjung usai. Beberapa orangtua tidak memberikan imunisasi pada anak dikarenakan takut akan adanya efek samping autisme, walaupun banyak penelitian terakhir yang menyatakan sebaliknya.
Kisah Awal
Kontroversi imunisasi ini dimulai pada tahun 1998, dr Andrew Wakefield beserta rekannya melakukan penelitian dengan sampel sejumlah 8 anak yang mengalami gejala awal autisme setelah menerima imunisasi MMR 1 bulan sebelumnya.
Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ternyata Ini Beda Vaksinasi dengan Imunisasi
Selain itu, pada delapan anak ini juga ditemukan adanya gangguan pencernaan. Selanjutnya dilakukan endoskopi dan ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening saluran pencernaan.
Dokter Andrew kemudian menganggap bahwa vaksin MMR menyebabkan peradangan pada usus, sehingga protein yang seharusnya tidak berada di aliran darah bisa masuk dan mengalir sampai ke otak, di mana protein ini menyebabkan gangguan perkembangan.
Teori lain menyatakan bahwa thimesoral, senyawa etilmerkuri yang terdapat pada vaksin, merupakan zat toksin bagi sistem saraf manusia. Selain itu, disebutkan juga bahwa pemberian vaksin yang bersamaan dapat melemahkan sistem imun tubuh yang berujung pada autisme yang diderita anak.
Berbagai Mitos Tak Benar
Berbagai teori tersebut menyebabkan orangtua berpikir dua kali saat akan memberikan imunisasi bagi anak. Akibatnya, timbul penyakit endemik yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi, seperti campak di Inggris dan Wales pada tahun 2008.
Contoh lainnya adalah polio yang kembali mewabah di Sukabumi yang berjarak hanya beberapa jam dari ibukota, padahal pada tahun 1995 lalu indonesia telah dinyatakan bebas polio.
Seandainya saja orangtua tahu lebih banyak mengenai imunisasi, kejadian seperti ini mungkin bisa dicegah. Oleh karena itu, mari kita pelajari lebih lanjut mengenai imunisasi agar tidak salah mengambil keputusan suatu hari nanti.
Baca juga: Kisah Kepemimpinan Sambas, Naikkan Imunisasi MR Jadi 100 Persen
Mitos vaksin MMR sebabkan autisme
Dokter Andrew mengatakan bahwa vaksin MMR menyebabkan peradangan usus yang berujung pada autisme pada anak, padahal gejala autisme sendiri tidak didahului oleh adanya gangguan di sistem pencernaan.
Selain itu, virus yang terkandung dalam MMR (campak, gondok, dan rubella) terbukti tidak menyebabkan peradangan usus, maupun kerusakan membran yang melapisi sistem pencernaan.
Protein yang menurut dr. Andrew mengalir dari aliran darah sampai ke otak dan menyebabkan kerusakan sampai saat ini tidak terbukti adanya.