Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Halo Prof! Vaginismus Itu Penyakit Sungguhan atau Bukan?

Kompas.com - 22/04/2019, 21:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

KOMPAS.com - Salah satu serial Netflix yang belakangan menjadi pembicaraan hangat adalah My Husband Won't Fit. Serial tersebut menceritakan mengenai pasangan suami istri yang mengalami kesulitan dalam berhubungan seks. Sang tokoh laki-laki mengalami kesulitan melakukan penetrasi, meskipun tidak mengalami impotensi.

Dinda, seorang pembaca Kompas.com, menonton acara ini dan menjadi bertanya-tanya. Dia pun melayangkan kebingungannya ke rubrik Halo Prof Kompas.com:

Tokoh perempuan (serial My Husband Won't Fit) seperti mengalami vaginismus, tetapi di luar dugaan, bisa melakukan vaginal sex dengan orang lain. Apakah pada perempuan memang ada penyakit seperti itu? Apa yang menyebabkan vagina sulit dipenetrasi?

Pertanyaan ini pun dijawab oleh dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp. OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Pondok Indah – Puri Indah. Berikut paparannya:

Baca juga: Halo Prof! Amankah Pakai Menstrual Cup sebagai Pengganti Pembalut?

Halo, Ibu Dinda! Terima kasih untuk pertanyaannya, ya.

Vaginismus dikategorikan sebagai kontraksi otot yang tidak disadari dan tidak dapat dikendalikan. Proses ini terjadi secara terus menerus atau berulang pada daerah sepertiga bagian luar vagina (daerah yang berperan pada proses buang air kecil atau besar, hubungan seksual, orgasme, dan dalam proses melahirkan). 

Kontraksi otot secara berlebihan tersebut mengakibatkan nyeri, sulit atau tidak dapat melakukan penetrasi bagi pasangan saat berhubungan, sehingga pasangan merasakan seperti ‘sedang menabrak dinding’ yang menimbulkan rasa nyeri tersebut.

Pada pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh dokter pun, seringkali dokter merasakan sulitnya mencoba melakukan penetrasi menggunakan jari, atau bahkan terasa sulit saat pasien mencoba memasukkan tampon ke vagina, atau pada percobaan menggunaan vibrator.

Baca juga: Halo Prof! Sebaiknya Makan Apa Saat Lapar Tengah Malam?

Penyebab vaginismus dapat dibagi menjadi organik dan anorganik, atau secara fisik dan psikologis.

Penyebab secara fisik dari vaginismus adalah adanya infeksi daerah genital atau trauma pada saat melahirkan, juga perlukaan jalan lahir, yang disebabkan oleh trauma lainnya.

Sementara itu, penyebab secara psikologis atau psikis dapat dilihat dari adanya trauma psikis yang dialami pasien sebelumnya. Biasanya, trauma psikis berkaitan dengan kekerasan seksual, adanya rasa kurang percaya diri, atau mungkin akibat tidak berhubungan seksual dalam jangka waktu lama.

Derajat vaginismus pun berbeda-beda, mulai dari derajat ringan sampai berat.

Nyeri saat berhubungan atau dyspareunia seringkali dikaitkan dengan adanya vaginismus derajat ringan. Namun untuk memastikannya, perlu dilihat beberapa penyebab lainnya baik fisik dan psikologis, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Baca juga: Halo Prof! Bolehkah Saya Bermain Basket pada Usia 58 Tahun?

Penderita vaginismus membutuhkan tim dokter ahli untuk membantu melakukan penyembuhan atau terapi. Seringkali kolaborasi antara psikiatri dan ginekolog diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan terapi yang terarah.

Kombinasi terapi edukasi, dan terapi dengan dilator vagina, juga pelvic physical therapy dapat meningkatkan keberhasilan kesembuhan. Selain itu, saat ini terapi botox juga sering digunakan pada pasien dengan dyspareunia dan vaginismus untuk melemahkan otot panggul agar tidak berkontraksi secara berlebihan.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau