Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesehatan Laut Indonesia Diperiksa, Bagaimana Kondisinya Saat Ini?

Kompas.com - 22/04/2019, 19:05 WIB
Julio Subagio,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Indonesia selama ini dikenal sebagai negara maritim berbentuk kepulauan yang diapit oleh dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Hal ini menjadikan Indonesia kaya akan berbagai biota laut, terlebih lagi diuntungkan dengan posisinya di garis khatulistiwa.

Namun, seiring dengan eksploitasi sumber daya kelautan serta tingginya tingkat polusi, tampaknya dibutuhkan pemeriksaan untuk menentukan kondisi pasti ekosistem laut Indonesia saat ini.

Untuk itu, LIPI selaku badan otoritas ilmiah mengadakan beberapa riset untuk memeriksa kondisi biodiversitas laut Indonesia sebagai upaya awal konservasi jangka panjang.

Baca juga: 8 Biota Laut Dikategorikan Dilindungi Penuh oleh KKP, Ini Penjelasannya

Salah satunya adalah monitoring kondisi terumbu karang.

Berdasarkan studi yang telah dilakukan LIPI, sekitar 7,1 hektar terumbu karang sudah dimonitor, namun hasilnya tidak terlalu baik.

Hanya perairan di kawasan Papua dan Wakatobi saja yang kondisinya sehat. Sisanya tidak terlalu baik, dengan tingkat kerusakan sedang hingga besar.

Rencananya, akan dilakukan pula penentuan indeks kesehatan ekosistem pesisir untuk mangrove dan lamun.

LIPI juga mengadakan riset dan budidaya biota laut, di antaranya adalah untuk 10 spesies hiu, ikan capungan, ikan napoleon, dan teripang. Spesies-spesies tersebut saat ini berada dalam kondisi terancam akibat overeksploitasi.

Baca juga: Hari Ikan Nasional: Apa Kabar Kawasan Konservasi Laut Indonesia?

“Saat ini, biota laut yang diperdagangkan secara komersil belum semuanya dilindungi”, ujar Dr. Dirhamsyah, peneliti dari Pusat Penelitian Oseanograf pada diskusi bertajuk “Riset Untuk Optimalisasi Potensi Hayati & Ekonomi Laut Indonesia”, di Jakarta, Senin (22/4/2019).

“Kita sedang mendorong agar hasil riset kami masuk ke perda untuk dijadikan regulasi”, tambahnya.

Selain itu, fokus penelitian lain adalah terkait sampah, plastik, dan bioremediasi.

Indonesia tercatat merupakan negara produsen sampah plastik tertinggi kedua setelah China.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh LIPI di 18 titik yang tersebar di seluruh Indonesia, terdapat sekitar 468-594 ribu ton sampah plastik yang dihasilkan per tahunnya.

Baca juga: Bagaimana Cara Menyehatkan Lamun Kembali?

Sebagian besar sampah tersebut terdampar dan mencemari kawasan pesisir pantai.

“Berdasarkan studi kami, 5 kota dengan sampah plastik pesisir terbesar adalah Padang, Makassar, Manado, Bitung, dan Ambon”, papar Dirhamsyah.

Untuk mengkaji dampak ekologi dan ekonomi, LIPI saat ini tengah memformulasikan perumusan kekayaan biodiversitas Indonesia dari segi materi.

Hal ini diharapkan dapat menjadi rujukan bersama bagi peneliti maupun pembuat kebijakan agar mengetahui secara pasti nilai material, ekonomis, dan jasa ekosistem yang dihasilkan biota tersebut.

“Kita perlu tinjauan internasional untuk memeriksa metodologi secara saintifik mengenai data dan estimasinya”, tutup Dirhamsyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau