Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/11/2017, 17:06 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com –- Lamun sebagai bagian dari ekosistem laut tidak bisa disepeleken. Meski hanya rumput, ia memiliki banyak manfaat, mulai dari memberikan tempat bernaung bagi biota laut, mencegah terjadinya abrasi, hingga berperan terhadap mitigasi karbon.

Bahkan, lamun mampu menyerap 5.446 miligram karbon per hektar per tahun atau 83.000 ton perkilometer persegi per tahun.

Namun, kondisi lamun di Indonesia memprihatinkan. Hanya lima persen lamun yang dapat dikatakan sehat dengan tutupan lebih dari 60 persen.

Hal itu didapat dari hasil verifikasi Tim Wali Data Lamun Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dari 166 stasiun pemantauan pada 2016.

Baca juga : Cerita Lamun, Manfaat Lingkungan, dan Datangnya Baronang

Dari 1.507 kilometer persegi, bila dirata-rata, kondisi lamun di Indonesia berada pada kisaran 41,79 pesen. Kriteria itu dikategorikan sebagai kurang sehat.

Untungnya, lamun masih dapat dikembalikan seperti semula.

Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Udhi Eko Hernawan mengatakan, kejernihan air laut menjadi faktor penentu pertumbuhan lamun. Bila air laut tidak jernih, lamun tidak akan mendapatkan cukup sinar matahari.

“Pertumbuhannya tidak akan optimal, bahkan bisa mati. Kalau terlalu tinggi input nutrisinya, banyak alga akan tumbuh di sekitar lamun dan menutupinya dari sinar matahari,” kata Udji di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Kamis (2/11/2017).

Muhayat (42), warga Pulau Pari yang membantu restorasi lamun mengatakan, terdapat dua jenis lamun yang dapat tumbuh di Pulau Pari, yakni Thalasia dan Enhalus.

Baca juga : Terdampak Reklamasi, Lamun Sehat di Indonesia Tinggal 5 Persen

Sebelum menanam, terlebih dahulu dibuat garis dengan tali untuk membuat jarak antar lamun. Agar mudah, Anda bisa menggunakan paralon sepanjang satu meter. Hal ini bertujuan untuk memberi ruang bagi pertumbuhan lamun.

Linggis juga digunakan sebagai pembuat lubang bagi tunas lamun. Satu lubang dapat diisi hingga tiga tunas lamun. Saat penanaman, minimal air laut surut yang tersisa 10 sentimeter agar lamun terendam.

“Jadi dibarengin. Ketika linggisnya diangkat, lubang bekas linggis itu langsung ditanam lanum. Begitu masuk, langsung ditimbun dengan pasir." kata Muhayat.

Dia menuturkan, lamun diamati selama tiga bulan. Setelah dewasa, ombak laut membantu menyebarkan bibit lamun baru.

“Hanyut dibawa air. Ketika air surut buah itu terdampar dan langsung tumbuh,” ujarnya.

Selama masa pertumbuhan, lamun juga mendapatkan ancaman dari predator seperti kepiting. Untungnya, kepiting tak memakan habis lamun yang tengah tumbuh.

“Kita tanam, kepiting sudah gali-gali lamun buat makan. Kalau ikan kan malah berlindung. Kita baru tanam saja, dia sudah berlindung, dari terik matahari juga ketika air surut,” kata Muhayat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau