Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Kartini Intelek Mendunia, Salah Satunya Ungkap Pelaku Bom Bunuh Diri

Kompas.com - 21/04/2019, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - 21 April tidak hanya diperingati sebagai hari Kartini, tapi juga pengingat bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk menjadi orang hebat di berbagai bidang, termasuk di dunia sains.

Dewasa ini perempuan bisa memiliki mimpi apapun dan mewujudkannya. Ada yang sukses menjadi seorang insinyur, astronot, pakar, maupun ibu rumah tangga.

Dari beberapa bidang yang digeluti, berikut adalah 4 kisah singkat tentang Kartini Indonesia yang mendunia.

Baca juga: Hari Kartini, Kemenkes Dorong Perempuan Berani Cuti Haid

1. Pratiwi Sudarmono

Lahir dengan nama lengkap Pratiwi Pujilestari Sudarmono, Profesor Mikrobiologi di Universitas Indonesia (UI) Jakarta itu pernah terlibat dalam misi wahana antariksa NASA STS-61-H.

Pada Oktober 1985 Pratiwi terpilih ikut ambil bagian dalam misi STS-61-H sebagai spesialis muatan. Namun karena adanya bencana Challenger, misi STS-61-H dibatalkan dan tidak pernah dijalankan.

Sebelum proyek ini berlangsung Pratiwi sudah menerima gelar Master dari Universitas Indonesia pada 1977 kemudian gelar Ph.D untuk bidang Biologi Molekuler didapat dari Universitas Osaka, Jepang pada 1984.

Pratiwi memulai karir ilmiah sebagai penerima beasiswa WHO untuk meneliti biologi molekuler Salmonella typhi.

2. Herawati Sudoyo

Herawati Sudoyo, peletak dasar DNA Forensik guna mengungkap pelaku bom bunuh diri. Herawati Sudoyo, peletak dasar DNA Forensik guna mengungkap pelaku bom bunuh diri.
Lahir pada 2 November 1951, Herawati Sudoyo dinilai menjadi sosok penting dalam identifikasi pelaku bom bunuh diri lewat pemeriksaan DNA yang dilakukannya.

Metode Hera berawal dari ledakan bom bunuh diri di depan Kedutaan Besar Australia atau Bom Kedubes Australia 2004, pada tanggal 9 September 2004. Saat itu pihak Polri ditantang untuk segera mengidentifikasi pelaku dan mengungkap kelompok di baliknya.

Kejadian itu menewaskan 10 korban dan mencederai lebih dari 180 orang. Mobil boks yang mengangkut bom hancur total dan tak ada bagian tubuh yang memungkinkan untuk diidentifikasi dengan metode konvensional, seperti sidik jari, profil gigi, apalagi pengenalan wajah.

Persoalan berikutnya, bagaimana menentukan mana pelaku dan mana korban? Solusi persoalan pertama adalah identifikasi DNA.

DNA adalah rantai informasi genetik yang diturunkan. DNA inti mengandung informasi dari orangtua: ayah dan ibu.

Persoalan kedua diatasi dengan mengembangkan strategi pengumpulan dan pemeriksaan serpihan tubuh berbasis prediksi trajektori ledakan bom dan posisi pelaku. Sebagai orang yang paling dekat dengan bom, serpihan pelaku akan terlontar lebih jauh dibanding serpihan korban.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau