Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan Earth Hour, 4 Sumber Energi Ini Juga Bisa Selamatkan Bumi

Kompas.com - 30/03/2019, 19:01 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Efek-efek tersebut memiliki potensi untuk mengubah iklim lokal. Studi ini dilakukan para peneliti untuk memahami implikasi dari penggunaan energi terbarukan pada perubahan iklim yang terjadi.

Baca selengkapnya: Peneliti Sebut Gurun Sahara Bisa Menghijau, Asal...

2. Energi Nuklir

Dalam sebuah esai di The Wall Street Journal, pakar energi Sataffan A Qvist dan ahli politik Joshua S Goldstein menyebut bahwa penggunaan panel surya dan turbin angin masih sulit menghentikan dampak dari perubahan iklim dan pemanasan global.

Menurut mereka berdua, cara yang layak untuk menghindari bencana iklim adalah menggunakan energi nuklir.

Mereka mengatakan, bahkan jika setiap negara menerapkan energi terbarukan seperti Jerman (pemimpin dunia dalam bidang ini), kita hanya bisa mencapai sekitar 20 persen dari target global untuk litrik ramah lingkungan.

Pada tingkat tersebut, Goldstein dan Qvist menyebut, akan diperlukan 150 tahun untuk sepenuhnya membersihkan karbon di Bumi.

Sayangnya, para ilmuwan iklim memperkirakan manusia hanya punya waktu 30 tahun sebelum Bumi mencapai titik kritisnya.

"Apa yang dibutuhkan dunia adalah sumber listrik bebas karbon yang dapat ditingkatkan hingga skala besar dan sangat cepat serta menyediakan daya andal setiap saat, terlepas dari kondisi cuaca - semuanya tanpa memperluas area total untuk pembangkit listrik," tulis Goldstein dan Qvist dikutip dari Futurism, Senin (14/01/2019).

"Tenaga nuklir memenuhi semua persyaratan itu," tegas mereka.

Baca selengkapnya: Pakar Sebut Hanya Ada Satu Jenis Energi yang Bisa Selamatkan Bumi

3. Pembangkit Listrik Tenaga Bakteri

Sumber daya listrik menjadi hal yang sangat penting sekarang. Sila bercermin pada diri Anda sendiri. Ketika membaca artikel ini, Anda menggunakan energi listrik dari yang disediakan oleh baterai smartphone atau laptop Anda.

Tidak hanya perkotaan, daerah terpencil pun sebenarnya sangat memerlukan energi listrik. Bahkan jika berada pada posisi orang yang tinggal di wilayah terpencil, listrik menjadi suatu hal yang berharga dan istimewa bagi mereka.

Hal ini mungkin yang menginspirasi Seokheun (Sean) Choi, PhD, untuk menciptakan penyimpan daya yang fleksibel, murah, dan tidak biasa.

Seperti dilansir dari Science Daily, Selasa (21/08/2018), Choi membuat sebuah terobosan dengan menciptakan sebuah penyimpan daya berukuran kertas yang dibangkitkan oleh bakteri.

"Kertas memiliki keunggulan unik sebagai bahan untuk biosensor. Ini murah, sekali pakai, fleksibel dan memiliki luas permukaan yang besar. Namun, sensor canggih membutuhkan sumber daya. Baterai komersial terlalu boros dan mahal, dan mereka tidak dapat diintegrasikan ke dalam kertas. Solusi terbaik adalah baterai biologis berbahan baku kertas," jelas Choi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau