Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdebatan Usai, Ini Batas Konsumsi Telur yang Dianjurkan Pakar

Kompas.com - 24/03/2019, 17:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Para ahli telah berdebat selama bertahun-tahun untuk menentukan apakah makan telur itu baik atau buruk untuk kesehatan kita.

Tampaknya jawabannya mungkin tergantung pada berapa banyak kita makan setiap minggu - itulah temuan penelitian medis baru yang diterbitkan dalam jurnal medis JAMA.

Disebutkan bahwa makan dua telur sehari sudah dapat menyebabkan kerusakan kardiovaskular dan kematian dini.

Itu karena jumlah besar kolesterol yang terkandung dalam kuning telur sekitar 185 miligram kolesterol, lebih dari setengah asupan maksimum harian yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 300 miligram sehari.

Baca juga: Telur Organik Memang Lebih Baik, tetapi Masaknya Harus Benar

Risiko proporsional

Studi ini menganalisis data dari enam percobaan yang melibatkan lebih dari 30.000 peserta selama 17 tahun.

Para peneliti menyimpulkan bahwa makan telur 300 miligram sehari meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 17 persen dan kematian dini sebesar 18 persen.

Dalam kasus yang lebih spesifik, mereka menemukan bahwa makan tiga hingga empat telur sehari dapat meningkatkan 6 persen risiko penyakit kardiovaskular dan risiko kematian prematur naik 8 persen.

Makan dua telur sehari menyebabkan kenaikan masing-masing 27 persen dan 34 persen.

Peringatan

Menurut penelitian, hasil tersebut tidak tergantung pada usia, tingkat kebugaran, penggunaan tembakau atau kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi.

"Studi kami menunjukkan bahwa jika dua orang mengikuti diet yang sama persis dan satu-satunya perbedaan adalah konsumsi telur, orang ini akan memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit jantung," kata Norrina Allen, seorang profesor kedokteran di Universitas Northwestern dan salah satu penulis penelitian.

Bertentangan dengan penelitian sebelumnya

Penelitian baru ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang tidak menemukan hubungan antara konsumsi telur dan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi.

Allen mengatakan bahwa studi tersebut memiliki sampel yang kurang beragam dan periode pemantauan yang singkat.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau