Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telur Organik Memang Lebih Baik, tetapi Masaknya Harus Benar

Kompas.com - 08/12/2018, 13:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Time


KOMPAS.com — Dalam artikel Kompas.com sebelumnya, para ahli gizi menegaskan bahwa telur merupakan makanan yang sangat sehat, bahkan menjadi satu-satunya makanan yang mengandung vitamin D alami. Namun, apakah kandungan dari telur organik dan telur konvensional sama?

Menurut pakar, penelitian tentang telur menunjukkan bahwa praktik peternakan organik merupakan sesuatu yang memberi dampak positif, baik untuk lingkungan maupun kesejahteraan hewan.

Untuk diketahui, telur organik merupakan telur yang diperoleh dari unggas yang diberi pakan khusus, yakni makanan yang bebas peptisida, herbisida, dan pupuk komersial.

Dengan mengonsumsi telur organik, ahli menyebut risiko mengonsumsi antibiotik, bahan kimia, dan logam berat berkurang. Hal yang baik untuk tubuh kita.

Baca juga: 23 Kasus Keracunan Salmonella, Sejumlah Telur Ditarik di Sydney

Meski kandungan telur terjamin bebas bahan kimia, para ahli tidak dapat memastikan bahwa telur organik tidak membawa penyakit sama sekali.

Ide itulah yang kemudian membuat Pemerintah AS mengeluarkan kebijakan untuk menarik lebih dari 200 juta telur dari pasaran setelah wabah Salmonella menyebar di negara tersebut awal tahun itu.

Menurut para ahli, dengan membeli telur organik belum tentu kita aman dari risiko penyakit seperti wabah Salmonella yang dibawa telur.

"Risiko telur yang terkontaminasi Salmonella sangat mungkin terjadi dan ini tidak ada hubungannya dengan apakah itu (telur) organik atau tidak," kata ahli diet Brigitte Zeitlin, dilansir Time pada Rabu (5/12/2018).

"Cara terbaik untuk menghindari keracunan makanan adalah memasak telur hingga suhu 160 derajat Fahrenheit atau lebih panas, dan mengikuti praktik keamanan pangan dasar lainnya," tegas Zeitlin.

Inilah cara terbaik memasak telur

Memasak telur dengan benar akan membantu kita mengurangi racun di dalamnya dan baik untuk tubuh.

"Memasak telur membuat protein lebih mudah dicerna dan meningkatkan bioavailabilitas biotin," ujar pakar gizi lain, Ryan Maciel.

Entah bagaimana telur dimasak—orak-arik, rebus, rebus lembut, atau telur dadar—semuanya baik.

Hal yang terpenting dan perlu dilakukan adalah memakan seluruh bagian telur untuk mendapatkan semua nutrisi di dalamnya.

Baca juga: Kabar Baik, Makan Telur Setiap Hari Turunkan Risiko Penyakit Jantung

Untuk mendapatkan lebih banyak gizi, Maciel menyarankan untuk menambahkan sayuran ke dalam telur. "Mencampurkan sayuran dalam omelet adalah pilihan yang tepat untuk mendapat aneka sumber protein yang kaya," ujar Maciel.

Zeitlin menambahkan, telur juga bisa digabungkan dengan sumber serat lain seperti sayuran, buah, atau biji-bijian.

"Kombinasi protein dan serat akan menahan rasa lapar lebih lama," tutup Zeitlin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau