KOMPAS.com — Dalam artikel Kompas.com sebelumnya, para ahli gizi menegaskan bahwa telur merupakan makanan yang sangat sehat, bahkan menjadi satu-satunya makanan yang mengandung vitamin D alami. Namun, apakah kandungan dari telur organik dan telur konvensional sama?
Menurut pakar, penelitian tentang telur menunjukkan bahwa praktik peternakan organik merupakan sesuatu yang memberi dampak positif, baik untuk lingkungan maupun kesejahteraan hewan.
Untuk diketahui, telur organik merupakan telur yang diperoleh dari unggas yang diberi pakan khusus, yakni makanan yang bebas peptisida, herbisida, dan pupuk komersial.
Dengan mengonsumsi telur organik, ahli menyebut risiko mengonsumsi antibiotik, bahan kimia, dan logam berat berkurang. Hal yang baik untuk tubuh kita.
Baca juga: 23 Kasus Keracunan Salmonella, Sejumlah Telur Ditarik di Sydney
Meski kandungan telur terjamin bebas bahan kimia, para ahli tidak dapat memastikan bahwa telur organik tidak membawa penyakit sama sekali.
Ide itulah yang kemudian membuat Pemerintah AS mengeluarkan kebijakan untuk menarik lebih dari 200 juta telur dari pasaran setelah wabah Salmonella menyebar di negara tersebut awal tahun itu.
Menurut para ahli, dengan membeli telur organik belum tentu kita aman dari risiko penyakit seperti wabah Salmonella yang dibawa telur.
"Risiko telur yang terkontaminasi Salmonella sangat mungkin terjadi dan ini tidak ada hubungannya dengan apakah itu (telur) organik atau tidak," kata ahli diet Brigitte Zeitlin, dilansir Time pada Rabu (5/12/2018).
"Cara terbaik untuk menghindari keracunan makanan adalah memasak telur hingga suhu 160 derajat Fahrenheit atau lebih panas, dan mengikuti praktik keamanan pangan dasar lainnya," tegas Zeitlin.
Inilah cara terbaik memasak telur
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan