Kepada The Guardian Thunberg mengaku sempat depresi ketika masih anak-anak karena perubahan iklim dan kurangnya aksi nyata.
Dia sempat menceritakan ke orangtuanya tentang masalah ini dan meminta mereka mendengarkan dengan serius soal dampak perubahan iklim. Setelah itu Thunberg sadar, dia dapat melakukan hal serupa kepada lebih banyak orang.
"Saat itulah saya agak tersadar bahwa saya bisa melakukan perubahan. Dan bagaimana saya keluar dari depresi saya, saya berpikir saya hanya membuang waku bila larut dalam persaan seperti itu, padahal saya bisa melakukan banyak hal baik dalam hidup saya. Saya berusaha untuk melakukan itu sampai sekarang," ujar Thunberg.
Meski Thunberg telah menjadi pelopor protes lingkungan terbesar sepanjang sejarah dunia, tapi dia tidak mau berhenti di situ. Dia memilih fokus pada tujuan awal untuk membuat pemerintah melakukan aksi nyata dan sesegera mungkin.
Baca juga: Nasib Perubahan Iklim pada Debat Capres
Melansir The Scienties, Thunberg merasa frustasi dengan beberapa respon yang diberikan terhadap aksi pemogokannya dan ribuan remaja lain. Banyak dari mereka yang memandang sebelah mata dan tidak melakukan apapun.
"Mereka berkomentar tentang usia, penampilan dan sebagainya. Tapi emisi masih terus naik, itu yang terpenting tapi tidak diperhatikan," tukasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.