Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

World Sleep Day, Pahami 6 Gangguan Tidur yang Rugikan Diri

Kompas.com - 15/03/2019, 17:38 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Semua ilmuwan sepakat, tidur memberi segudang manfaat untuk tubuh. Justru, jika kita kurang tidur atau kebanyakan begadang akan berdampak buruk pada kesehatan.

Kurang tidur, sering terbangun pada malam hari, tidak mampu tidur lagi setelah bangun adalah apa yang disebut gangguan tidur. Melansir Alodokter, dampak gangguan tidur antara lain kelelahan, merasa lemas dan mengantuk, mudah marah, serta sulit konsentrasi di siang hari.

Apakah ada dampak lainnya? Tentu saja ada. Di hari tidur sedunia ini, Kompas.com mencoba merangkum berbagai risiko gangguan tidur yang bisa dialami tubuh dari artikel-artikel sebelumnya.

Berikut 6 risiko gangguan tidur untuk tubuh yang harus dipahami:

Baca juga: World Sleep Day, Ini 4 Manfaat Tidur yang Perlu Diketahui

1. Bikin IPK turun

Di tahun 2018 sekelompok peneliti dari negara bagian AS pernah membuat laporan bahwa mahasiswa yang sering begadang justru bisa membuat nilai akademiknya jeblok.

Menurut studi tersebut, efek buruk kurang tidur terhadap prestasi akademik sama seperti efek yang ditimbulkan oleh konsumsi minuman keras atau narkoba.

"Mahasiswa yang jam tidurnya normal memiliki nilai IPK lebih tinggi sebanyak 0,14 poin dibandingkan mahasiswa yang selalu kurang tidur," kata J. Roxanne Prichard, Direktur Penelitian di Universitas St. Thomas di Saint Paul, Minnesota.

"Saat tugas kuliah dikerjakan dalam kondisi cukup istirahat, Anda akan menyelesaikan persoalan yang rumit dengan lebih efisien," tambah Prichard.

Temuan ini didapatkan setelah para peneliti mengamati 55.322 mahasiswa melalui survei yang diadakan pada 2009. Secara keseluruhan, mahasiswa yang memiliki IPK rata-rata sebesar 3,21 mengalami kesulitan tidur selama 2,4 malam dalam sepekan.

Baca selengkapnya: Awas, Kurang Tidur Bikin IPK Turun

2. Kurang tidur, penyebab gemuk yang tidak disadari

Dalam kolom opini Kompas.com, Dr. Andreas Prasadja, RPSGT pernah menuliskan bahwa kurang tidur dapat membuat berat badan seseorang bertambah.

Saat dokter Andreas memiliki pasien yang kurang tidur karena shift malam dan membuat berat badannya bertambah, dia mendiagnosis pasien tersebut dengan Circadian Rhythm Disorder Shift Worker Type.

Hal yang disarankan untuk pengobatannya hanyalah mengatur pola dan perilaku tidur.

Para pakar menemukan hubungan antara kesehatan tidur dan berat badan baru di awal tahun 2000-an.

Penelitian tahun 2005 ke atas menunjukkan bukti positif hubungan gangguan tidur dan berat badan. Belakangan ada dua penelitian terbaru yang turut menambahkan sederetan publikasi di bidang ini. Satu penelitian dilakukan di Korea, sementara lainnya di Swedia.

Dari studi Korea ditemukan semakin kurang durasi tidur (<7 jam), semakin tinggi kenaikan berat badan. Sementara peneliti Swedia melihat bahwa kurang tidur dapat mengganggu metabolisme tubuh hingga meningkatkan kemampuan tubuh menyimpan lemak.

Baca selengkapnya: Kurang Tidur, Penyebab Gemuk yang Tak Disadari

3. Gangguan tidur berisiko alami gangguan cemas

Sudah banyak studi yang melaporkan berbagai efek merugikan pada kondisi kejiwaan seseorang akibat kurang tidur.

Sebuah penelitian menghubungkan efek kurang tidur dengan peningkatan risiko gangguan cemas alias ansietas. Kenapa bisa begitu?

Para pakar dari berbagai belahan dunia sepakat bahwa kebiasaan tidak tidur cukup selama 7-8 jam setiap malam dapat menyebabkan kewaspadaan dan konsentrasi otak menurun.

Maka, tidak heran setelah berjam-jam (atau bahkan berhari-hari) tidak tidur cukup, kita jadi suka bingung dan sulit berpikir jernih.

Baca selengkapnya: Orang yang Sering Begadang Berisiko Alami Gangguan Cemas.

4. Meningkatkan rasa sakit

Kurang tidur bisa menyebabkan tidak fokus hingga mudah terserang penyakit.

Sebuah penelitian terbaru dari University of California bahkan menemukan bahwa kurang tidur bisa mengubah sirkuit otak dengan cara memperkuat rasa sakit.

Contohnya pada orang yang mengalami nyeri kronis. Ketika mereka kehilangan kemampuan untuk tidur nyenyak, umumnya rasa nyeri yang dirasakan lebih buruk.

Sayangnya, alasan mengapa kurang tidur menguatkan rasa sakit tidak sepenuhnya dipahami oleh para peneliti.

Baca selengkapnya: Studi Baru: Kurang Tidur Tingkatkan Rasa Sakit

5. Semakin kurang tidur, semakin pendek usia

"Semakin pendek tidur Anda, semakin pendek hidup Anda," ungkap Matthew Walker, ahli saraf yang mengambil kepakaran dalam permasalahan tidur dikutip dari Business Insider, Rabu (22/08/2018). Kebanyakan orang dewasa membutuhkan tujuh hingga 9 jam tidur, bervariasi tergantung kebutuhan tiap orang.

Baca selengkapnya: Ahli: Semakin Kurang Tidur, Semakin Pendek Usia Anda

6. Hambat pertumbuhan anak

Gangguan tidur juga bisa dialami anak. Selain anak susah tidur, terkadang kualitas tidurnya juga rendah. Padahal, kondisi tersebut berpotensi menghambat pertumbuhannya.

Ahli gizi medik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. Saptawati Bardosono, MSc menjelaskan, tubuh anak membutuhkan hormon pertumbuhan.

Hormon tersebut dihasilkan tubuh antara pukul 22.00 hingga 24.00. Pada waktu tersebut, nutrisi yang dikonsumsi akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan anak.

"Jadi kalau sebentar-sebentar bangun otomatis hormon pertumbuhan tidak keluar," ujar Saptawati saat ditemui seusai talkshow bersama Lactogrow di Jakarta, Jumat (27/7/2018).

Ia menambahkan, anak di bawah lima tahun bahkan membutuhkan waktu tidur hingga 10 jam dengan asumsi mulai pergi tidur pada Pukul 20.00.

Baca selengkapnya: Susah Tidur Hambat Pertumbuhan Anak

Jika Anda memiliki gangguan tidur, entah insomnia atau kebanyakan begadang, sebaiknya mulailah untuk mencintai diri sendiri dengan tidur cukup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com