M pluto adalah spesies lebah soliter yang membentuk sarang komunal di dalam sarang rayap, menggunakan rahangnya untuk mengumpulkan dan memberikan resin pohon ke dinding bagian dalam sarangnya. Jadi kami tahu apa yang harus diwaspadai.
Setelah lima hari tanpa hasil mencari sarang rayap, kami berencana untuk menyudahi pencarian dan pergi untuk makan siang dan saat itu kami melihat sarang lain di seberang lapangan.
Memeriksa dengan obor dan teropong berhasil memperlihatkan lubang yang tampak menjanjikan. Clay memanjat pohon dan melaporkan bahwa lubang itu tampak dilapisi dengan resin – sangat menarik.
Pemandu kami membangun tempat bernaung dari cabang-cabang pohon, kami memeriksa lubang itu lebih detail, dan di sanalah seekor lebah betina. Teriakan dan tangisan kegembiraan dikeluarkan saat kami semua bergegas mengintip ke dalam dan melihatnya sekilas.
Sekarang setelah kami menemukan lebah betina, kami harus dapat membuktikannya, jadi kami mengganti kamera iPhone kami, demi kualitas rekaman yang lebih baik (tapi lebih berisiko: lebah mungkin melarikan diri!) dengan peralatan fotografi dan video yang lebih profesional.
Kami dengan lembut membujuk lebah betina tersebut keluar dari sarangnya untuk masuk ke ruang terbang yang kecil, dan kemudian Clay berhasil mendapatkan foto yang sangat baik, lalu kami melepaskan lebah itu kembali ke sarangnya dan memotretnya di pintu masuk sarangnya. Misi selesai.
Terkonfirmasinya spesies lebah terbesar di dunia ternyata masih hidup menjadi berita yang menarik bagi para ahli ekologi. Kita dapat belajar banyak tentang ekologi, perilaku, dan signifikansi ekologis lebah raksasa ini. Di tengah penurunan populasi massal pada banyak serangga, sungguh menyenangkan menemukan spesies khusus ini masih bertahan.
Kami juga berharap penemuan kami akan memicu gerakan konservasi di Indonesia, dan kami terinspirasi oleh proses perjalanan kami bertemu dengan banyak orang di bidang konservasi dan kehutanan di kepulauan Maluku Utara.
Kami semangat dengan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menilai status konservasi lebah saat ini. Rencana untuk menghasilkan film dokumenter tentang Wallace dan penemuan kembali lebah ini sedang berlangsung, dan kami berharap bahwa penemuan kembali ini memberikan dorongan lebih lanjut untuk upaya konservasi secara umum.
Bukan hasil yang buruk untuk liburan!
Simon KA Robson
Honorary Professor, University of Sydney
Artikel ini dipublikasikan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia dari judul asli "Liburan empat ahli biologi di Maluku, mereka temukan lebah raksasa Wallace". Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com.