Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Penemuan Lebah Terbesar Dunia di Maluku

Kompas.com - 25/02/2019, 13:13 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Tim peneliti internasional berhasil menemukan kembali lebah terbesar di dunia yang berada di Kepulauan Maluku. Bagaimana kisah di balik penemuan lebah yang diberi nama Wallace (Megachile pluto) dengan bentangan sayap sepanjang enam sentimeter tersebut?

Lebah jenis ini sebelumnya sudah pernah didokumentasikan. Pertama, oleh Alfred Russel Wallace pada 1859, dan yang kedua pada tahun 1981.

Namun sejak itu, Megachille pluto dianggap sudah punah.

Peneliti Dr Simon Robson dari Universitas Sydney dan koleganya Glen Chilton dari Saint Mary's University di Kanada bersama seorang fotografer asal AS dan seorang entomolog kemudian bergabung melakukan perburuan lebah ini.

Baca juga: Sembunyi Hampir 40 Tahun, Lebah Terbesar di Dunia Ditemukan di Maluku

Keempat "detektif serangga" pun bertemu di Jakarta pada Januari lalu. Dari sana, mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Maluku untuk mencoba peruntungan.

"Pada dasarnya kami berempat yang sudah lama berminat pada lebah ini bertemu dan saling mengajak untuk mencarinya," jelas Dr Robson.

"Kami berhasil menemukannya dan ini jadi liburan terbaik yang pernah saya alami," ujarnya.

Tim tersebut menelusuri kawasan hutan tropis di daerah tersebut selama lima hari. Mereka memeriksa banyak sarang rayap untuk mencari tanda-tanda adanya lebah dimaksud.

Lebah betina tersebut menemukan jalannya ke sarang rayap untuk bertelur, meninggalkan lubang yang cukup besar.

"Kami saat itu masih di hutan dan sudah agak sore, baru saja mau makan siang dan salah satu dari kami melihat gundukan rayap," ujar Dr Robson.

Lebah raksasa Wallace yang terbesar di dunia ditemukan di Maluku setalah hampir 40 tahun menghilang. Lebah raksasa Wallace yang terbesar di dunia ditemukan di Maluku setalah hampir 40 tahun menghilang.

Salah satu dari tim itu memanjat pohon tempat sarang rayap berada. Setelah menyalakan obor, mereka pun bisa melihat adanya lebah di dalam sarang rayap tersebut.

Dengan menggunakan tabung plastik mereka pun menangkap lebah ini untuk didokumentasikan sebelum akhirnya dilepas kembali.

Dijelaskan, lebah ini mengumpulkan nektar untuk anak-anaknya, namun sama sekali tidak menghasilkan madu.

Berbeda dengan lebah Eropa, lebah ini pun tak mati setelah menyengat.

Lebah ini, kata dr Robson, bisa menyengat kita berkali-kali dan hal itu tidak akan membunuh kita.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau