Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Cerita 4 Ahli Biologi Temukan Lebah Raksasa Wallace Saat Liburan

Kompas.com - 14/03/2019, 20:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Simon KA Robson

BANYAK orang di pulau tropis yang berlibur mungkin mendaki gunung, atau belajar tentang satwa liar setempat. Liburan saya dan rekan kerja saya sedikit lebih baik: ketika sedang berlibur di pulau-pulau Maluku Utara kami melacak spesies lebah terbesar di dunia, yang tidak terlihat selama beberapa dekade.

Lebah raksasa Wallace, Megaachile pluto, sangat menarik karena berbagai alasan. Lebah ini terbesar dari semua lebah hidup yang diketahui, panjang tubuhnya sekitar ukuran ibu jari manusia dan lebar sayap lebih dari 6 sentimeter.

Penampakan terakhir yang dikonfirmasi di lapangan adalah pada 1981. Berbagai upaya dilakukan untuk menemukannya kembali, tidak jelas apakah spesies tersebut masih tersisa di alam liar atau tidak.

Lebah besar: M. pluto kira-kira empat kali ukuran lebah madu Eropa. Clay BoltAuthor provided

 

Lebah raksasa ini memiliki tempat khusus dalam sejarah ilmiah. Naturalis dan penjelajah Inggris Alfred Russel Wallace pada 1859, mengumpulkan lebah ini sebagai bagian dari koleksinya di Kepulauan Melayu. Dia menggambarkan lebah betina sebagai “serangga besar seperti tawon hitam, dengan rahang yang sangat besar seperti kumbang rusa”.

Wallace tidak hanya secara independen menunjukkan teori seleksi alam sebagai penjelasan evolusi bersamaan dengan Charles Darwin, tapi studi terperinci tentang distribusi hewan menciptakan Garis Wallace yang terkenal, yakni batas yang memisahkan Australia dan Asia dan membantu menjelaskan pola distribusi tanaman dan hewan.

Rencana liburan

Bagaimana perjalanan empat ahli biologi, dengan dua dari Australia (saya dan Glen Chilton) dan dua dari Amerika Serikat (Eli Wyman dan Clay Bolt)?

Keterlibatan saya dimulai oleh dorongan Glen, yang meski berspesialisasi dalam ornitologi dan penulisan, tertarik pada Wallace dan penemuan kembali spesies yang berpotensi punah. Dia menjadi sadar akan keberadaan lebah terbesar di dunia, dan setelah dua tahun membujuk, saya setuju bahwa mencari lebah akan memberikan liburan yang menarik.

Selama merencanakan perjalanan kami, kami menjadi sadar bahwa Eli dan Clay juga, secara independen, berencana melakukan perjalanan ke Maluku untuk mencari M. Pluto. Setelah berbincang singkat melalui Skype, kami memutuskan untuk bergabung dan berkolaborasi.

Jadi, meski dua pasangan ini belum pernah bertemu langsung, kami adalah tim yang langsung menuju ke lapangan.

Dan benar-benar tim yang luar biasa: keahlian Eli dalam segala hal yang berhubungan dengan lebah; keahlian fotografi Clay yang fantastis; antusiasme dan pengetahuan Glen tentang Wallace; dan ketertarikan saya sendiri pada evolusi perilaku serangga.

Di lapangan

Kami berkumpul di pulau Ternate dan mulai mencari di pulau-pulau Maluku Utara untuk mencari sarang-sarang rayap yang mengandung lubang seukuran lebah, dibantu oleh dua pemandu lokal yang sangat baik, Ekawati Ka'aba dan Iswan Maujad.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau