Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Goncangan Gempa Lombok 2018 Fluktuatif dan Tidak Lazim

Kompas.com - 03/03/2019, 19:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Gempa kembar pernah terjadi di beberapa wilayah, seperti Gempa Aceh pada 12 April 2012. Gempa tersebut tercatat dua gempa dengan magnitudo 8,5 dan 8,1 pada posisi yang berdekatan.

Data rekaman seismograf yang kami tempatkan di berbagai penjuru Pulau Lombok memberikan informasi pola sebaran gempa-gempa susulan. Sepanjang waktu tiga bulan (Agustus-Oktober 2018), lebih dari 5000 gempa susulan yang terekam dengan magnitudo lebih kecil dari 5,5.

Tujuh gempa pada masa lalu

Tatanan tektonik wilayah Bali dan Nusa Tenggara dipengaruhi oleh keberadaan zona tumbukan lempeng di bagian selatan Pulau Lombok. Lempeng bumi merupakan bagian kerak bumi yang bergerak akibat adanya proses dinamika bumi.

Wilayah Indonesia sendiri, secara tektonik dipengaruhi oleh empat lempeng utama, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Pasifik.

Lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia bertumbuk di bawah Pulau Bali dan Nusa Tenggara termasuk Lombok dan Sumbawa. Kecepatan tumbukan dua lempeng ini adalah sekitar 50-70 milimeter per tahun. Keberadaan tumbukan dua lempeng ini menciptakan adanya Sesar Lombok dan Sesar Sumbawa.

Mc Caffrey dan Nabelek (1987), ahli geofisika dari Portland State University, mencatat beberapa kejadian gempa merusak yang pernah terjadi di Bali dan Lombok. Setidaknya terjadi tujuh gempa besar, dua pada 1963, dua gempa pada 1976, dan tiga gempa pada 1979.

Data kejadian gempa yang terhimpun dalam katalog USGS pada 1976-2017 diperlihatkan pada Gambar 3.

Pola sebaran kejadian seismisitas di Bali, Lombok, dan Sumbawa relatif tinggi dan dominan dipengaruhi oleh aktivitas subduksi pada zona tumbukan di bagian selatan Bali dan Nusa Tenggara dengan kedalaman sumber gempa berkisar kurang dari 150 km.

Gambar 3. Sebaran kejadian gempa di Bali dan Nusa Tenggara berdasarkan data katalog USGS periode 1976-2017.zulfakriza

Para ilmuwan terus mempelajari mengenai pergerakan kerak bumi. Namun, kejadian gempa merupakan sesuatu fenomena alam yang sampai saat ini belum dapat diprediksi kejadiannya secara pasti.

Untuk itu, upaya penting yang perlu dilakukan adalah mitigasi dan pengurangan risiko yang terjadi akibat gempa. Selain memahami mengenai sumber dan pola gempa, kita juga sangat perlu menerapkan pembangunan konstruksi yang aman gempa sebagai dari upaya pengurangan risiko bahaya gempa.

Zulfakriza Z

Lecturer at Geophysical Engineering - FTTM, Institut Teknologi Bandung

Dian Kusumawati

Asisten Akademik Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung

Artikel ini dipublikasikan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia dari judul asli "Mengapa pola goncangan gempa Lombok 2018 bisa fluktuatif dan tidak lazim?". Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com