KOMPAS.com - Banyak ahli telah membuktikan bahwa jatuh cinta memiliki segudang manfaat bagi pria ataupun wanita. Namun bisakah jatuh cinta memengaruhi sistem kekebalan tubuh kita?
Jawabannya sangat bisa, terutama hal ini terjadi pada wanita.
Hal ini dibuktikan oleh sekelompok ahli dari Universitas Tulane dan Universitas Californa Los Angeles (UCLA).
Setelah melakukan pengamatan dan penelitian selama tiga tahun, akhirnya para tim berhasil membuktikan bahwa jatuh cinta terkait dengan perubahan ekspresi gen yang berhubungan dengan kekebalan.
Baca juga: Memahami Cinta dan Kegilaannya secara Ilmiah, Semuanya Ada di Otak
Mereka memaparkan hasil studinya dalam makalah berjudul "Jatuh Cinta Berhubungan dengan Sistem Kekebalan Tubuh Regulasi Gen" yang dimuat di jurnal Psychoneuroendocrinology bulan ini.
"Kami menemukan bahwa wanita yang jatuh cinta mengalami peningkatan aktivitas gen yang terlibat dengan pertahanan antivirus," kata Damian Murray, asisten profesor dari Universitas Tulane dalam makalah yang dimuat di web resmi Universitas Tulane, news.tulane.edu, Rabu (13/2/2019).
Dia melanjutkan, perubahan signifikan itu tak dialami perempuan yang tidak merasakan jatuh cinta.
Murray menduga, fakta tersebut mencerminkan dua hal yang sangat penting. Pertama, ada semacam respons proaktif untuk mengantisipasi adanya hubungan intim di masa depan, mengingat sebagian besar virus menyebar melalui kontak fisik.
Kedua, peningkatan aktivitas gen antivirus juga konsisten dengan persiapan biologi tubuh untuk hamil.
"Kedua interpretasi itu mungkin saja menjadi alasan di balik peningkatan aktivitas gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh," sambung Murray.
Penelitian
Meski para ahli melakukan studi selama tiga tahun, waktu yang digunakan untuk mengamati peserta hanya satu tahun.
Selama setahun itu para ahli melibatkan 47 peserta yang semuanya perempuan dan merupakan mahasiswi sarjana maupun pascasarjana.
Penelitian dilakukan di kampus UCLA. Di sana, semua peserta diwajibkan untuk melakukan pengambilan darah dan mengisi kuesioner dua mingguan. Salah satunya menanyakan apakah peserta sudah mencintai pasangannya.
Selain ke-47 perempuan tadi, para ahli juga memiliki beberapa perempuan yang diteliti selama 2 tahun.
Semua perempuan yang berpartisipasi dalam studi ini bersih dari narkoba dan baru menjalin hubungan spesieal. Hubungan baru yang dimaksud adalah menjalin hubungan kurang dari sebulan dan peserta belum benar-benar mencintai pasangannya.
Saat peserta menjawab pertanyaan sudah mencintai pasangannya, maka ia akan diambil darahnya. Kemudian saat peserta melaporkan telah putus hubungan dengan pasangannya, mereka akan diambil darahnya lagi untuk terakhir kali.
Baca juga: Tulang Ekor Spesies Baru Dinosaurus Ini Berbentuk Jantung Hati
"Pada akhirnya, saya pikir kami berhasil memetakan perubahan fisiologis yang menyertai inisiasi dan perkembangan hubungan romantisme yang berimplikasi untuk kesehatan janka panjang dan jangka pendek, juga implikasi epigenetik yang mendukung proses kehamilan dan reproduksi," tutup Murray.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.