"Kejadian pemicu stres yang berulang pada malam hari bisa berdampak pada kesehatan jangka panjang seperti obesitas dan diabetes tipe dua, juga depresi," kata Yamanaka memperingatkan.
"Jika Anda bisa menghindari pemicu stres di malam hari, Anda sebaiknya melakukan pekerjaan-pekerjaan itu di pagi hari."
Temukan puncak kinerja di siang hari
Tingkat kortisol mungkin paling tinggi di pagi hari untuk membantu kita menangani stres di awal hari.
"Tidak semua orang lebih efektif saat pagi hari," kata Cristina Escribano Barreno, psikolog dari Complutense University of Madrid.
"Ungkapan seperti 'burung pagi yang menangkap cacing' mencerminkan bahwa kehidupan kerja kerap berorientasi pada pagi hari, jadi orang-orang yang suka pagi hari punya keuntungan."
Ada beberapa faktor yang menentukan apakah Anda tergolong 'manusia pagi' atau 'manusia siang', antara lain usia, jenis kelamin, faktor sosial dan lingkungan.
Tubuh menyiapkan kita untuk berbagai tekanan pada hari itu, sesaat setelah kita bangun - jadi ketika Anda memiliki keuntungan ini, sebaiknya Anda memanfaatkannya.
Walau begitu, untuk beberapa tugas, tubuh butuh penyesuaian kecepatan. Melakukan pekerjaan sederhana seperti hitung-menghitung di luar kepala berhubungan dengan suhu inti tubuh. Semakin tinggi suhunya, semakin baik performa kita.
Umumnya, tubuh kita berada di saat yang paling hangat di sore hari, jadi mungkin baik untuk menyelesaikan tugas-tugas mental hingga saat itu.
Ritme harian dikontrol oleh jam sirkadian (biologis), yang berarti bahwa pilihan untuk bangun pagi atau agak telat punya efek yang minim dalam pola ini.
"Orang-orang yang suka bangun pagi, puncak performa muncul lebih dulu dan bagi orang yang suka bangun siang itu akan muncul setelahnya," kata Konrad Jankowski, psikolog dari University of Warwaw, Polandia.
"Tetapi perbedaan waktu ini tidak signifikan, maksimum hanya beberapa jam."
Semakin tinggu suhu inti tubuh disebabkan oleh perubahan rutin yang normal yang meningkatkan aktivitas metabolisme di korteks serebral. Ini meningkatkan proses kognitif.
"Sejumlah riset menunjukan bahwa temperatur otak yang lebih tinggi terkait dengan transmisi sinaptik yang lebih cepat," kata Jankowski.