Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Jeda Waktu antara Makan dan Tidur Pengaruhi Berat Badan?

Kompas.com - 23/01/2019, 20:20 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com — Anda mungkin sering mendengar larangan tidur seusai makan atau perintah memberi jeda antara waktu makan dan tidur. Biasanya, memberi jeda antara makan dan tidur dihubungkan dengan pencegahan kenaikan berat badan dan risiko kesehatan lainnya.

Namun, apakah larangan tersebut sudah tepat?

Para peneliti dari Sekolah Pascasarjana Ilmu Kesehatan di Universitas Okayama, Jepang, menolak larangan tersebut.

Mereka mengatakan, memberi jeda 2 jam antara makan dengan waktu tidur mungkin tidak memengaruhi kadar glukosa dalam darah.

Dalam laporan di jurnal BMJ Nutrition, Prevention and Health itu menganalisis data yang dikumpulkan dari tahun 2012 hinga 2014.

Baca juga: Langsung Tidur Setelah Makan Tingkatkan Risiko Kanker

Pesertanya adalah 1.573 orang berusia 65 tahun atau lebih yang sehat dari Okayama di Jepang bagian barat.

Semua peserta tercatat tidak memiliki kondisi kesehatan yang terkait dengan diabetes.

Para peneliti mengamati pola makan, kecepatan makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok para peserta.

Selama penelitian, tim juga memantau kadar gula darah (HbA1c). Sebagai informasi, sebagian kecil peserta secara teratur pergi tidur dalam waktu 2 jam setelah makan.

Dari pengamatan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa meninggalkan setidaknya 2 jam antara makan dan tidur memiliki pengaruh sangat kecil pada kenaikan gula darah.

Mereka juga menegaskan bahwa faktor gaya hidup, seperti tekanan darah, aktivitas fisik, dan minum berlebihan, mempunyai dampak lebih signifikan pada kadar glukosa darah.

"Bertentangan dengan kepercayaan umum, memastikan ada jeda antara makan terakhir dengan waktu tidur tidak secara signifikan memengaruhi level HbA1c," ungkap para peneliti dikutip dari The Independent, Selasa (22/01/2019).

"Lebih banyak perhatian harus diberikan pada porsi makan sehat, komponen makanan, waktu tidur cukup, dan menghindari rokok, alkohol, serta kelebihan berat badan, karena variabel-variabel ini memiliki pengaruh lebih mendalam pada proses metabolisme," imbuhnya.

Meski demikian, beberapa peneliti lain tidak begitu saja menerima simpulan dari penelitian ini. Apalagi, makanan khas Jepang kaya akan sayuran serta ukuran porsinya kecil.

Di sisi lain, pola makan negara lain banyak mengandung gula tambahan yang berkontribusi pada kenaikan berat badan. Ini menjelaskan mungkin ada perbedaan mendasar dari temuan para peneliti Jepang itu.

Baca juga: Akibatnya jika Langsung Tidur Setelah Sahur

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau