Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Halo Prof! Apa Benar Kalau Tonsil Diangkat Jadi Tidak Gampang Sakit?

Kompas.com - 08/02/2019, 19:35 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

KOMPAS.com - Seorang pembaca Kompas.com yang bernama Syafrina punya satu pertanyaan yang sudah lama membuatnya penasaran. Dia pun menanyakan hal tersebut kepada para ahli melalui rubrik Halo Prof! Kompas.com. Berikut pertanyaannya:

"Bener enggak sih kalau amandelnya diangkat bikin enggak gampang sakit?"

Pertanyaan tersebut akhirnya dijawab oleh dr. Ashadi Budi, Sp. THT-KL, Dokter Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala-Leher di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya. Berikut paparannya:

Hai Syafrina! Terima kasih atas pertanyaannya, ya.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menunjukkan sebuah cuplikan hasil penelitian berikut ini:

dr. Ashadi Budi, Sp. THT-KL Penelitian systematic review dan meta-analysis selama 43 tahun dari efek pengangkatan amandel pada sistem imun tubuh

Gambar di atas merupakan penelitian systematic review dan meta-analysis selama 43 tahun dari efek pengangkatan amandel pada sistem imun tubuh. Ini adalah tingkat penelitian yang paling tinggi yang ada di dunia medis. Artinya, penelitian ini amat sangat dapat dipercaya.

Baca juga: Halo Prof! Bagaimana Cara Mengatasi Sakit karena Asam Urat?

Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pengangkatan amandel tidak memiliki efek negatif yang signifikan terhadap sistem imunitas tubuh.

Amandel merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh kita. Sekali lagi, saya akan tekankan di kata "salah satu". Kali ini saya akan membahas mengenai amandel.

Tidak baik untuk mengangkat amandel tanpa indikasi yang jelas. Akan tetapi, lebih tidak baik lagi jika seseorang mempertahankan amandel yang menjadi sumber masalah. Masalah yang sering saya temukan di masyarakat, adalah terdapatnya dogma bahwa orang yang diangkat amandelnya akan sering sakit.

Contoh kasus yang paling klasik yang sering saya temukan adalah orang dewasa muda yang sakit-sakitan terus, hampir setiap bulan sakit tenggorok, selalu bolak balik ke dokter dan akhirnya mulai membeli antibiotik sendiri.

Saat ditanya kenapa tidak mau amandelnya diangkat, jawabannya, "Karena takut sistem kekebalan tubuhnya berkurang". Dia tidak sadar bahwa justru amandel yang sakit itulah yang sedang membuat sistem pertahanan tubuhnya menjadi rendah.

Baca juga: Halo Prof! Apa Sebab Ruam Hitam yang Melebar di Tangan?

Tonsil merupakan sistem pertahanan tubuh berupa sistem kelenjar yang berfungsi seperti barier terhadap kuman. Ada empat pasang tonsil di bagian kepala manusia:

1. Tonsil palatina (amandel)
2. Tonsil adenoid (terletak di belakang hidung)
3. Tonsil lingual (terletak di pangkal hidung)
4. Tonsil tuba (terletak di pangkal saluran yang menghubungan telinga ke hidung)

Amandel sendiri sudah merupakan akronim untuk tonsil palatina yang merupakan 1 dari 4 tonsil yang ada di kepala. Jika dianalogikan terhadap kehidupan sehari-hari, amandel berfungsi seperti filter dan tempat sampah, sehingga perannya pada sistem kekebalan tubuh manusia sangatlah penting.

Namun, seiring dengan pajanan kuman yang berulang, amandel sendiri bisa menjadi sumber masalah. Jika hal itu terjadi, maka perlu dilakukan evaluasi perlu tidaknya amandel dipertahankan. Banyak kesalahpahaman mengenai peran amandel, sehingga banyak pula kasus yang salah penanganannya.

Amandel dibagi menjadi empat stadium. Stadium T merupakan stadium ukuran yang secara seragam dipelajari oleh seluruh dokter di seluruh dunia. Stadium T1 adalah normal, sedangkan T4 adalah amandel yang sudah sangat besar.

Namun, ukuran ini pun tidak menjadi patokan untuk mengangkat amandel. Tidak semua amandel yang besar harus diangkat.

Baca juga: Halo Prof! Kenapa Saya Nyeri di Tengah Kening dan Belakang Kepala?

Ada beberapa indikasi di mana amandel perlu diangkat, yakni indikasi relatif (disarankan untuk diangkat), dan indikasi absolut (harus diangkat).

Indikasi relatif pengangkatan amandel di antaranya:
1. Amandel yang dicurigai menjadi sumber infeksi berulang, ditandai dengan adanya sakit tenggorok atau demam atau batuk berulang, lebih dari 3 kali setahun atau lebih dari 2 kali selama 6 bulan.
2. Amandel yang menyebabkan bau mulut.

Sementara itu, indikasi absolut pengangkatan amandel adalah:
1. Adanya sumbatan jalan napas saat tidur, sering ditandai dengan ngorok pada anak-anak, bahkan hingga terbangun akibat kehabisan nafas.
2. Amandel yang tidak simetris yang dicurigai kemungkinan adanya tumor.

Dokter spesialis THT perlu melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan apakah kelainan amandel yang terjadi merupakan kelainan baru atau lama.

Baca juga: Halo Prof! Kenapa Makan Petai Bikin Pipis dan Keringat Berbau?

Pada kelainan baru, biasanya pengangkatan amandel tidak perlu dilakukan, meskipun pada kasus tertentu bisa saja dilakukan pengangkatan.

Pada kelainan amandel yang sudah berlangsung lama, bentuk amandel biasanya berbenjol-benjol dan kadang berwarna bercak-bercak putih. Sementara itu, pada pembesaran amandel yang baru, permukaan amandel biasanya licin.

Sebagai kesimpulan, pengangkatan amandel tanpa indikasi yang jelas sebaiknya dihindari, karena bagaimana pun, amandel memiliki peran dalam sistem pertahanan tubuh. Namun, jika amandel tersebut justru menjadi sumber masalah, maka jelas perlu diangkat. Infeksi berulang dari amandel akan membuat daya tahan tubuh semakin menurun.

Semoga membantu, ya. Sehat selalu :)

dr. Ashadi Budi, Sp. THT-KL
Dokter Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala-Leher
RS Pondok Indah – Bintaro Jaya

Punya pertanyaan terkait kesehatan dan sains yang membuat Anda penasaran? Kirimkan pertanyaan Anda ke haloprof17@gmail.com untuk dijawab oleh ahlinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau