Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KLHK: Soal Penutupan Taman Nasional Komodo Perlu Pembahasan Terperinci

Kompas.com - 25 Januari 2019, 09:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke TN. Komodo telah berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat dan wilayah di sekitarnya. Selain komodo, saat ini terdapat 42 dive and snorkeling spot yang juga menjadi daya tarik bagi para wisatawa.

"Apabila pemerintah merencanakan penutupan sementara terhadap sebagian kawasan atau keseluruhan, maka akan dilakukan secara terencana, dengan memberikan tenggang waktu yang cukup, sehubungan dampak sosial ekonomi yang sangat besar," terang Wiratno menanggapi pentingnya keberadaan TN. Komodo bagi masyarakat sekitar.

Kawasan TN. Komodo merupakan salah satu dari lima taman nasional tertua di Indonesia dengan luas 173.300 Ha yang terdiri dari 132.572 Ha kawasan perairan dan 40.728 ha kawasan daratan. Pada tahun 1977 ditetapkan UNESCO sebagai kawasan Cagar Biosfer (Man and Biosphere Programme - UNESCO), sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Center - UNESCO) pada tahun 1991, dan sebagai New 7 Wonders of Nature oleh New 7 Wonders Foundation pada tahun 2012. Selain itu, pada tahun 2008 kawasan TN. Komodo juga ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional, dan pada tahun 2011 ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

Saat ini masyarakat banyak terlibat sebagai penyedia jasa wisata, antara lain, tour operator yang mengoperasikan 157 kapal wisata, keterlibatan 94 guide dari masyarakat lokal, tingkat hunian 1.136 kamar hotel, lahirnya 4 hotel berbintang.

Rantai ekonomi tersebut berpengaruh pada penghidupan 4.556 jiwa masyarakat yang tersebar di Desa Komodo (1.725 jiwa), Desa Papagaran (1.252 jiwa), dan Desa Pasir Panjang (1.579 jiwa), khususnya masyarakat dari Desa Komodo yang sebagian besar terlibat dalam kegiatan wisata.

Baca juga: Ekosistemnya Rusak, Taman Nasional Komodo Jadi Perhatian UNESCO

Dalam rangka peningkatan efektivitas pengelolaan, TN. Komodo, Balai TN. Komodo telah melaksanakan beberapa kerjasama antara lain dengan:

1. Dive Operator Community Komodo (DOCK) dalam rangka patroli bersama untuk pengamanan kawasan.

2. Komodo Survival Programme dan WWF Indonesia dalam rangka monitoring Komodo dan habitatnya, monitoring sumberdaya perairan, penyusunan master plan wisata, dan master plan pengelolaan sampah.

3. Direktorat Jenderal Penegakan Hukum LHK dan Polres Manggarai Barat dalam rangka patroli gabungan, investigasi kasus pelanggaran lingkungan, serta penertiban senjata api rakitan.

4. Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, TNI AL, BASARNAS, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat serta masyarakat dalam rangka penanggulangan sampah di dalam kawasan.

5. PT. PLN (Persero) dalam rangka pembangunan infrastruktur listrik di 3 desa dalam kawasan.

6. Kemenko Maritim dalam rangka promosi dan pelatihan.

Pihak Taman Nasional Komodo sayangnya enggan memberikan komentar langsung terkait masalah ini.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Temuan Baru, Garis Keturunan Kuno Argentina Tak Bergaul Selama 8.500 Tahun
Temuan Baru, Garis Keturunan Kuno Argentina Tak Bergaul Selama 8.500 Tahun
Oh Begitu
43,5 Persen Penduduk Indonesia Sulit Beli Pangan Sehat, Ini Sebabnya Kata Pakar UGM
43,5 Persen Penduduk Indonesia Sulit Beli Pangan Sehat, Ini Sebabnya Kata Pakar UGM
Kita
Mengapa Wajah Neanderthal dan Manusia Modern Berbeda?
Mengapa Wajah Neanderthal dan Manusia Modern Berbeda?
Oh Begitu
Mengapa Banyak Hewan Besar Berasal dari Afrika?
Mengapa Banyak Hewan Besar Berasal dari Afrika?
Oh Begitu
Permen Karet Kuno Ungkap Peran Gender Manusia Purba 6.000 Tahun Lalu
Permen Karet Kuno Ungkap Peran Gender Manusia Purba 6.000 Tahun Lalu
Oh Begitu
Teleskop MeerKAT Tangkap Sinyal Radio Komet 3I/ATLAS, Bukti Kuat Bukan Pesawat Alien
Teleskop MeerKAT Tangkap Sinyal Radio Komet 3I/ATLAS, Bukti Kuat Bukan Pesawat Alien
Oh Begitu
Mengapa Kita Tidak Menunggangi Zebra Seperti Kuda?
Mengapa Kita Tidak Menunggangi Zebra Seperti Kuda?
Oh Begitu
Siklon Tropis Fung-Wong Picu Cuaca Ekstrem, Gelombang Tinggi 2-4 Meter Ancam Nelayan
Siklon Tropis Fung-Wong Picu Cuaca Ekstrem, Gelombang Tinggi 2-4 Meter Ancam Nelayan
Fenomena
Apakah Permen Karet Benar-Benar Butuh 7 Tahun untuk Dicerna Tubuh?
Apakah Permen Karet Benar-Benar Butuh 7 Tahun untuk Dicerna Tubuh?
Oh Begitu
Gempa M 5,3 Guncang Kepulauan Aru Maluku Pagi Ini Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,3 Guncang Kepulauan Aru Maluku Pagi Ini Tidak Berpotensi Tsunami
Oh Begitu
Fosil Dinosaurus Berleher Panjang Tertua di Asia Timur Berusia 200 Juta Tahun Ditemukan
Fosil Dinosaurus Berleher Panjang Tertua di Asia Timur Berusia 200 Juta Tahun Ditemukan
Oh Begitu
Berlian Kerajaan Austria yang Hilang 100 Tahun Ditemukan,Tersembunyi di Tempat Tak Terduga
Berlian Kerajaan Austria yang Hilang 100 Tahun Ditemukan,Tersembunyi di Tempat Tak Terduga
Oh Begitu
Mengapa Kita Makan Ayam, Bukan Burung seperti Camar atau Angsa?
Mengapa Kita Makan Ayam, Bukan Burung seperti Camar atau Angsa?
Oh Begitu
Ditemukan 1916, Dinosaurus Paruh Bebek dari New Mexico Ternyata Spesies Baru
Ditemukan 1916, Dinosaurus Paruh Bebek dari New Mexico Ternyata Spesies Baru
Oh Begitu
Gara-gara Mesin Mati Cepat, Roket Swasta China Gagal Meluncur dan Hancurkan 2 Satelit
Gara-gara Mesin Mati Cepat, Roket Swasta China Gagal Meluncur dan Hancurkan 2 Satelit
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau