KOMPAS.com - Kerusakan ekosistem di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Barat sudah sampai ke telinga dunia. Media Inggris The Guardian melaporkan bahwa pencurian ikan dan polusi sampah memperparah kerusakan di taman tersebut. Pegiat lingkungan hidup pun mendesak UNESCO untuk segera turun tangan.
Lima tahun lalu, Ed Statham, seorang penyelam profesional, dibuat takjub oleh keindahan perairan di Pulau Komodo.
Pada suatu hari, Statham dan timnya menyelamatkan seekor kura-kura hijau yang terjebak oleh tumpukan sampah dan terjerat oleh jaring ikan. Setelah memotong jaring, akhirnya kura-kura tersebut berhasil dibebaskan.
Dari peristiwa tersebut, Statham dan timnya menyadari bahwa kerusakan ekosistem laut di Taman Nasional Komodo sudah sedemikian parah.
Kondisi tersebut ingin dipastikan oleh Statham dengan melakukan patroli setiap hari di wilayah Segitiga Karang. Wilayah ini sebetulnya sudah masuk dalam area dilindungi, tetapi mereka masih menemukan sejumlah bukti kerusakan.
Baca Juga: Viral Video Pria Gendong "Komodo" di 9GAG, Ini Kata Ahli
“Yang terjadi adalah mereka memancing bukan dengan pancingan dan perahu kecil, tetapi memancing dengan jaring, menurunkan jangkar di lokasi penyelaman, dan jelas sekali banyak bangkai ikan dan bekas perburuan hiu. Dan kerusakannya semakin meluas setiap harinya," jelas Statham.
"Jika semuanya berjalan seperti sekarang, Pulau Komodo akan mencapai titik kritis dalam beberapa tahun ke depan dan sangat sulit untuk dipulihkan," tambahnya, dikutip dari The Guardian, Rabu (18/4/2018).
Kondisi Taman Nasional Komodo tersebut sudah menjadi perhatian UNESCO, lembaga kebudayaan resmi milik PBB.
"Taman Nasional Komodo memang belum diserahkan ke komite warisan dunia di UNESCO. Akan tetapi, karena sudah banyak yang melaporkan kepada kami dan itu menjadi masalah serius, maka itu jelas menjadi jalan resmi kami ke depannya," kata Dr Fanny Douvere, Koordinator Program Kelautan Dunia Warisan UNESCO.
Douvere mengatakan, ada banyak langkah untuk membantu program penyelamatan dan pelestarian sebuah situs yang terncam, misalnya dengan melihat apakah situs tersebut masuk dalam daftar UNESCO. Lalu, akan ada kajian rutin untuk melihat tingkat kerusakannya.
Jika kerusakannya serius, tim warisan dunia akan menempatkan situs tersebut ke daftar terancam. Situs dalam daftar ini akan mendapat perhatian khusus, termasuk dari penyandang dana, agar segera mendapat tindakan penyelamatan.
Situs-situs lain dalam daftar terancam
Sementara itu, hingga saat ini sudah ada 29 situs yang masuk dalam daftar terancam, salah satunya adalah situs Belize Barrier Reef di sekitar wilayah Amerika Latin dan Laut Karibia.
"Begitu masuk dalam daftar bahaya, akan ada indikator untuk segera ditangani," jelas Douvere.
Dalam penanganan Belize Barrier Reef, otoritas Kota Belize dan UNESCO mengadopsi undang-undang pengelolaan lingkungan yang baru dan terencana untuk perlindungan, serta memperkenalkan moratorium untuk pengeboran lepas pantai.
Baca Juga: Mitos Terbesar tentang Gigitan Mematikan Komodo, Jangan Lagi Dipercaya