Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Fenomena Astronomi Akan Terjadi Sepanjang 2019, Ini Daftarnya

Kompas.com - 04/01/2019, 19:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com — Mengulas sejenak yang sempat terjadi di 2018, pada November lalu wahana InSight mendarat di Planet Mars untuk menyentuh matahari, sebuah mobil dilesatkan ke luar angkasa pada bulan Februari, dan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memperingati ulang tahun ke-20 sejak ia pertama kali mengorbit bumi.

Ketiga hal itu mungkin dapat mewakili bagaiamana serunya eksplorasi luar angkasa di tahun lalu.

Tak kalah dari sebelumnya, di 2019 ini mungkin akan ada lebih banyak peristiwa astronomi dan penjelajahan luar angkasa yang lebih mengesankan di banding sebelumnya.

Untuk itu, kami merangkum hal-hal luar biasa yang akan terjadi di luar angkasa pada 2019. Berikut ulasannya:

Baca juga: Berkat China, Kini Ada Makhluk Hidup di Bulan

Januari

Ilustrasi New Horizons melintasi Ultima Thule atau MU69 yang terletak di sabuk kuiper.
Ilustrasi New Horizons melintasi Ultima Thule atau MU69 yang terletak di sabuk kuiper.

- NASA sambangi titik terjauh sepanjang sejarah

Tepat di malam pergantian tahun 2019, wahana New Horizons milik NASA mencetak sejarah dengan melintasi Ultima Thule, sebuah objek angkasa terjauh yang pernah dieksplorasi sepanjang sejarah manusia. Jarak Ulthima Thule dengan Bumi adalah 6,5 miliar kilometer.

Pesawat tanpa awak ini mengambil gambar dan data-data lain selama perlintasan yang berlangsung beberapa jam.

New Horizons juga menjadi pesawat pertama yang pernah mengunjungi Pluto pada 2015.

- China jadi yang pertama jelajahi sisi jauh bulan

Dua hari kemudian, tepatnya kemarin (3/1/2018), China berhasil mandaratkan pesawat tanpa awaknya, Chang'e-4, di sisi jauh bulan.

Ini adalah sisi yang tidak terlihat dari Bumi dan belum pernah dijamah sebelumnya karena sulitnya akses komunikasi. Jadi misi ini adalah momen bersejarah.

- hujan meteor Quadrantid

Kemudian ada hujan meteor Quadrantid yang bisa dilihat di Indonesia nanti malam.

Menurut astronom amatir Marufin Sudibyo, hujan meteor ini terjadi pada selang waktu yang singkat antara 27 Desember 2018 sampai 10 Januari 2019.

"Jadi secara kasar puncaknya akan terjadi nanti malam waktu Indonesia. Jumlah meteornya secara teoritis bisa mencapai 120 meteor perjam dengan kecepatan tiap meteor 42 km/detik (tergolong kecepatan medium)," katanya kepada Kompas.com, Jumat (4/1/2019).

Marufin berkata, hujan meteor bisa dilihat dari Indonesia karena langit relatif gelap tanpa cahaya Bulan yang kadang mengganggu. Untuk diketahui, fase Bulan saat ini dua persen karena menjelang pembentukan Bulan baru.

"Hujan meteor ini bisa diamati sejak pukul 03.00 WIB hingga saat azan Shubuh berkumandang. Jadi ada wakti pengamatan sekitar sejam," sambungnya.

- Gerhana bulan total yang tak tampak dari Indonesia

Selain itu sebenarnya juga ada fenomena gerhana bulan total di langit Amerika pada 21 Januari mendatang. Namun, fenomena kali ini tidak dapat dilihat dari Indonesia.

"Itu karena gerhana berlangsung pada 9.00 WIB sampai 15.00 WIB, yang artinya di Indonesia masih siang sehingga tidak mungkin menyaksikan (gerhana)," imbuh Marufin.

Baca juga: Pentingnya Super Blue Blood Moon bagi Dunia Astronomi

Februari

Ilustrasi pendaratan pesawat luar angkasa tak berawak di bulan.ISRAEL NATIONAL NEWS / SPACEIL Ilustrasi pendaratan pesawat luar angkasa tak berawak di bulan.
Pada tanggal 17 Februari, perusahaan Israel di bidang antariksa, SpaceIL, berencana menjadi perusahaan swasta pertama yang meluncurkan pesawat luar angkasa tanpa awak ke bulan.

Pesawat ini akan diluncurkan dari roket Falcon 9 produksi perusahaan SpaceX milik miliuner Elon Musk. Pesawat itu akan menancapkan bendera Israel di bulan dan melakukan riset pada permukaan magnetik bulan.

Di akhir Januari atau mungkin Februari, robot InSight direncanakan akan mulai mengebor permukaan Mars. Informasi yang akan dikumpulkan akan membuat kita memahami bagaimana Mars dan planet-planet bebatuan lainnya terbentuk.

Pada pertengahan bulan Januari, satelit Juno, juga direncanakan untuk melintasi area dekat Jupiter.

Pada tanggal 19 Februari, bulan akan melintas sangat dekat dengan bumi. Hal ini akan menyebabkan fenomena "bulan super".

Baca juga: Ingin Susul Jejak AS, Israel Segera Luncurkan Misi ke Bulan

Maret

Boeing yang sedang bekerja sama dengan NASA untuk membuat pesawat baru yang dapat membawa astronot ke ISS, akan mengadakan percobaan peluncuran pesawat CST-100 sebagai persiapan untuk peluncuran dengan awak pada bulan Agustus.

Pada tanggal 21 Maret, kita juga dapat melihat fenomena bulan super.

April

Pada bulan ini, kontrak NASA dan Rusia berakhir. Oleh sebab itu, NASA bekerja sama dengan Boeing dan SpaceX untuk membuat pesawat untuk membawa astronot ke ISS. Sekarang, NASA membutuhkan bantuan Rusia dan pesawat Soyuz-nya untuk melakukan ini setelah pesawat ulang-alik pensiun pada tahun 2011.

Sementara itu, Juno akan sibuk mendekati Jupiter. Satelit ini dijadwalkan untuk melakukan upaya ke-19 untuk mendekati Jupiter dan mengambil gambar-gambar menarik.

NASA juga diagendakan untuk membawa data-data penting dari wahana penjelajah matahari, Parker, sekitar 4 April karena saat itu pesawat akan berada pada orbit terdekat dengan matahari.

Baca juga: Penjelajah NASA Potret Matahari Secara Close Up, Begini Hasilnya

Mei

Mei akan menjadi bulan yang agak sepi, tapi sekitar tanggal 6 Mei akan terjadi hujan meteor Eta Aquarid, yang akan mencapai puncaknya pada awal Mei tahun ini.

Fenomena ini akan mudah dilihat pada pagi hari di belahan bumi selatan. Namun, peristiwa ini juga dapat disaksikan di atas garis khatulistiwa. Debu-debu luar angkasa yang menyebabkan fenomena ini berasal dari komet Halley.

Juni

NASA berencana meluncurkan roket SpaceX Falcon 9 ke ISS. Masih banyak hal yang harus dilakukan tahun ini bagi AS untuk mempersiapkan pengiriman astronotnya ke ISS. Jika berhasil, misi ini akan menjadi kali pertama SpaceX mengirimkan astronot ke luar angkasa.

Pada tanggal 10 Juni, Jupiter akan berada di titik terdekat dengan bumi, maka planet ini akan terlihat sangat besar dan terang.

Juli

Juli 1969, astronot Amerika Serikat, Edwin Buzz Aldrin, terekam di permukaan Bulan dekat bendera AS dalam misi Apollo 11. Aldrin merupakan orang kedua yang berjalan di Bulan setelah Neil Armstrong.Hulton Archive/Arsip KOMPAS Juli 1969, astronot Amerika Serikat, Edwin Buzz Aldrin, terekam di permukaan Bulan dekat bendera AS dalam misi Apollo 11. Aldrin merupakan orang kedua yang berjalan di Bulan setelah Neil Armstrong.
Juli menandai ulang tahun ke-50 Apollo 11, ketika untuk pertama kali manusia menginjakkan kaki di bulan. Apollo 11 diluncurkan pada 16 Juli 1969 dan sampai di bulan pada tanggal 20 Juli 1969. Banyak hal yang akan dilakukan orang-orang sedunia untuk merayakan momen spesial ini.

Pada tanggal 2 Juli, akan terjadi gerhana matahari total yang hanya dapat dilihat di belahan bumi bagian selatan.

Baca juga: Suhu Bulan Naik Setelah Pendaratan Apollo, Apa Sebab?

Agustus

Agustus menandai satu hal, hujan meteor Perseid. Hujan meteor ini akan terjadi ketika bumi melewati debu-debu dari komet 109P/Swift-Tuttle.

Fenomena ini dapat disaksikan di akhir Juli hingga Agustus, tapi biasanya hujan meteor ini mencapai puncaknya sekitar tanggal 12-13 Agustus.

September

Pesawat penjelajah matahari milik NASA, Parker, akan mendekati matahari lagi di awal September. Jadi, bersiaplah untuk mendapat gambar matahari dari dekat.

Oktober

Pada bulan Oktober atau November, Badan Antariksa Eropa berencana untuk meluncurkan teleskop Cheops. Teleskop ini akan menangkap gambar planet-planet lain di luar sistem tata surya kita. Rencana ini sudah tertunda sejak tahun 2015, jadi para peneliti sangat tidak sabar menanti peluncuran ini. Teleskop ini akan bekerja beriringan dengan satelit Tess yang sudah diluncurkan awal tahun ini.

Uranus juga akan berada di titik terdekat dengan bumi. Seperti Jupiter di bulan Juni, Uranus juga akan terlihat lebih besar dan lebih terang dari biasanya.

November

Pada tanggal 11 November, fenomena unik akan terjadi. Merkurius akan melintas di depan matahari di tanggal itu.

Hal ini tidak akan terjadi lagi sampai tahun 2039, jadi para astronom sangat menantikan hari itu. Namun, fenomena ini tidak dapat dilihat tanpa menggunakan peralatan khusus karena akan berbahaya bagi penglihatan.

Desember

Seperti bulan Agustus, hujan meteor juga akan terjadi di bulan ini. Hujan meteor Geminids disebabkan oleh debu-debu dari asteroid 3200 Phaethon.

Tahun 2019 akan berakhir dengan gerhana matahari cincin pada tanggal 26 Desember. Fenomena ini akan terjadi ketika bulan berada pada titik terjauh dari bumi, sehingga bulan tidak akan menutupi matahari.

Baca juga: Perusahaan Jepang Berencana Menjual Hujan Meteor Buatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com