KOMPAS.com — Mengulas sejenak yang sempat terjadi di 2018, pada November lalu wahana InSight mendarat di Planet Mars untuk menyentuh matahari, sebuah mobil dilesatkan ke luar angkasa pada bulan Februari, dan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memperingati ulang tahun ke-20 sejak ia pertama kali mengorbit bumi.
Ketiga hal itu mungkin dapat mewakili bagaiamana serunya eksplorasi luar angkasa di tahun lalu.
Tak kalah dari sebelumnya, di 2019 ini mungkin akan ada lebih banyak peristiwa astronomi dan penjelajahan luar angkasa yang lebih mengesankan di banding sebelumnya.
Untuk itu, kami merangkum hal-hal luar biasa yang akan terjadi di luar angkasa pada 2019. Berikut ulasannya:
Baca juga: Berkat China, Kini Ada Makhluk Hidup di Bulan
Januari
- NASA sambangi titik terjauh sepanjang sejarah
Tepat di malam pergantian tahun 2019, wahana New Horizons milik NASA mencetak sejarah dengan melintasi Ultima Thule, sebuah objek angkasa terjauh yang pernah dieksplorasi sepanjang sejarah manusia. Jarak Ulthima Thule dengan Bumi adalah 6,5 miliar kilometer.
Pesawat tanpa awak ini mengambil gambar dan data-data lain selama perlintasan yang berlangsung beberapa jam.
New Horizons juga menjadi pesawat pertama yang pernah mengunjungi Pluto pada 2015.
- China jadi yang pertama jelajahi sisi jauh bulan
Dua hari kemudian, tepatnya kemarin (3/1/2018), China berhasil mandaratkan pesawat tanpa awaknya, Chang'e-4, di sisi jauh bulan.
Ini adalah sisi yang tidak terlihat dari Bumi dan belum pernah dijamah sebelumnya karena sulitnya akses komunikasi. Jadi misi ini adalah momen bersejarah.
- hujan meteor Quadrantid
Kemudian ada hujan meteor Quadrantid yang bisa dilihat di Indonesia nanti malam.
Menurut astronom amatir Marufin Sudibyo, hujan meteor ini terjadi pada selang waktu yang singkat antara 27 Desember 2018 sampai 10 Januari 2019.
"Jadi secara kasar puncaknya akan terjadi nanti malam waktu Indonesia. Jumlah meteornya secara teoritis bisa mencapai 120 meteor perjam dengan kecepatan tiap meteor 42 km/detik (tergolong kecepatan medium)," katanya kepada Kompas.com, Jumat (4/1/2019).
Marufin berkata, hujan meteor bisa dilihat dari Indonesia karena langit relatif gelap tanpa cahaya Bulan yang kadang mengganggu. Untuk diketahui, fase Bulan saat ini dua persen karena menjelang pembentukan Bulan baru.
"Hujan meteor ini bisa diamati sejak pukul 03.00 WIB hingga saat azan Shubuh berkumandang. Jadi ada wakti pengamatan sekitar sejam," sambungnya.
- Gerhana bulan total yang tak tampak dari Indonesia
Selain itu sebenarnya juga ada fenomena gerhana bulan total di langit Amerika pada 21 Januari mendatang. Namun, fenomena kali ini tidak dapat dilihat dari Indonesia.