Selama perjalanan, tim awak kapal secara berkala menjatuhkan termometer ke lautan yang sudah dikaitkan dengan seutas tali sampai di kedalaman dua kilometer.
Dalam prosesnya, Gebbie dan Huybers harus mengoreksi data tersebut, sebab tekanan di lautan dalam dapat mengompresi merkuri dalam termometer kuno.
Hasil pembetulan yang terbit di jurnal Science, edisi 4 Januari 2019 memaparkan bahwa selama 125 tahun terakhir Samudra Atlantik menghangat hampir di seluruh area bawah lautnya.
Sementara untuk samudra Pasifik menunjukkan tren pendinginan selama abad ke-20 yang dimulai antara kedalaman 1,8 sampai 2,6 kilometer.
Para ahli memperkirakan, jumlah pendinginannya sekitar 0,02 sampai 0,08 derajat Celsius.
"Angka-angka ini masih awal dan belum pasti. Saya berencana mempelajari lebih dalam lagi untuk menemukan angka yang akurat," ujar Gebbie.
Meski begitu, ia melihat bahwa perbedaan suhu antara samudra Atlantik dan Pasifik masuk akal.
Perairan samudra Atlantik lebih mudah bercampur dengan air yang lebih hangat dibanding perairan Pasifik. Hal itu sebagian karena air dingin dan padat masuk ke Atlantik dari daerah kutub Selatan dan Utara.
Air itu akan mengalir ke dasar lebih cepat dan melakukan pengadukan.
Sementara samudra Pasifik ukurannya lebih besar dan tidak mendapat aliran air dari kutub utara, jadi air di dalamnya tetap sama dan dapat bertahan lama.
Menurut Gebbie, itu artinya pola iklim lama tinggal jauh di dalam samudra Pasifik sejak lama.
"Dalam hal ini tren pendinginan disebabkan oleh pencampuran permukaan air dari dua periode berbeda. Yang pertama adalah periode hangat pada Abad Pertengahan, sekitar 950 SM dan 1250 SM. Pada kedalaman lebih dari dua kilometer air yang ada di permukaan periode itu digantikan air dingin dari Zaman Es Kecil," katanya.
Baca juga: Foto Perubahan Iklim Tak Efektif Picu Aksi Nyata, Begini Alasannya
Menurut data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), terjadi perubahan suhu pada abad Pertengahan sampai Zaman Es Kecil sekitar 0,4 derajat Celsius selama 900 tahun.
Sebagai perbandingan, suhu permukaan laut telah naik 0,8 derajat Celsius sejak 1901.
Nahasnya, ahli iklim di masa depan tidak akan memiliki petunjuk tentang periode hangat di Abad Pertengahan dan Zaman Es Kecil di Pasifik. Semua jejak akan terhapus karena pemanasan global di abad ke-20.
Namun demikian, studi ini penting untuk saat ini. Dengan memperhatikan kondisi laut dalam akan membantu prakirawan iklim mengembangkan perkiraan yang lebih baik untuk perubahan iklim di masa depan.
"Jika Anda ingin mengetahui jejak iklim puluhan tahun lalu atau lebih, Anda tidak boleh mengabaikan lautan yang dalam," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.